Friday, October 21, 2011

Rahasia di Balik Warna dan Aroma Urin



Perubahan bau tidak berbahaya, kecuali diikuti gejala-gejala seperti frekuensi yang meningkat, tidak dapat ditahan, atau terasa panas dan nyeri.


KOMPAS.com - Ketika Anda sedang buang air kecil, pernahkah Anda iseng mengamati hasil buangan Anda itu? Adakah perubahan warna pada urin Anda, misalnya menjadi kuning, kuning tua, putih, atau mungkin kemerahan? Mengapa urin kita selalu berubah-ubah warna? Tahukah Anda, apa yang menyebabkannya? Lauren A. Bumby, MD, dokter yang berbasis di London, buka rahasia mengenai apa yang sebenarnya terjadi di balik urin Anda.

Warna
Warna urin akan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan Anda, khususnya kadar kecukupan cairan pada tubuh Anda. Warna urin yang lebih terang menandakan Anda lebih sehat dibandingkan jika urin Anda berwarna gelap. Ketika warna urin berubah menjadi gelap (seperti warna es teh) artinya Anda mengalami dehidrasi, dan ginjal Anda dalam keadaan tidak sehat. Urin berubah menjadi gelap ketika Anda dehidrasi, karena ginjal mengatur keseimbangan air yang masuk dalam tubuh kita. Untuk memperbaiki kondisi itu, kita harus lebih banyak minum air, karena dehidrasi menurunkan produksi urin kita. Warna urin yang menandakan kita sehat adalah kuning muda.

Frekuensi dan kontrol
Sering atau tidaknya kita buang air kecil memiliki makna yang berbeda. Terlalu sering buang air kecil menandakan kita sedang mengalami masalah kesehatan seperti diabetes, atau terlalu banyak minum kafein dan alkohol. Namun frekuensi buang air yang meningkat juga dapat terjadi karena faktor kehamilan. Proses persalinan alami dapat melemahkan otot-otot dasar panggul yang mengontrol aliran urin.

Problem umum lainnya adalah hilangnya kontrol kandung kemih ketika kita batuk, bersin, atau tertawa. Hal ini juga terjadi karena melemahnya otot-otot dasar panggul. Untuk menguatkan kembali otot-otot ini, Anda bisa mencoba latihan Kegel, sehingga kontrol kandung kemih membaik.
Bau
Coba ingat, makanan apa yang akhir-akhir ini sering Anda konsumsi. Sebab, perubahan bau urin umumnya disebabkan perubahan makanan kita. Contohnya, asparagus biasanya menimbulkan bau yang tidak biasa. Namun perubahan bau ini tidak berbahaya, kecuali diikuti gejala-gejala seperti frekuensi yang meningkat, tidak dapat ditahan, atau terasa panas dan nyeri. Segera konsultasi ke dokter bila gejala-gejala ini Anda rasakan.

Yang harus diwaspadai
Ada beberapa hal yang mengindikasikan masalah kesehatan yang serius (seperti disfungsi ginjal atau penyakit kandung kemih) adalah timbulnya darah di dalam urin, warna urin menjadi seperti teh secara konsisten, nyeri saat buang air kecil, bau urin yang tajam, dan buang air kecil yang berlebihan.

Untuk memperbaiki kondisi kandung kemih, coba konsumsi banyak buah dan sayuran, minum air putih yang cukup, olahraga, dan menjaga berat badan yang normal dan sehat. Minumlah air putih sebanyak 8 gelas per hari, namun kurang atau lebih dari 8 gelas mungkin saja terjadi karena pola makan, tingkat aktivitas, serta berat badan. Yang terpenting, perhatikan selalu warna urin. Jangan sampai merasa haus, karena inilah tanda bahwa Anda dehidrasi.

(Sherly Lunardi)

Kang Harna,Menristek Kami...

Sahabat,saya akan copy paste tulisan tentang beliau,diambil dari artikel yang diposting temen-temen PKS...
Secara preibadi,saya mengenal beliau ketika saya bekerja di sebuah lembaga kajian IPTEK yang bermarkas di Duren Tiga Selatan 17,Jaksel. Setiap ada kajian tiap Sabtu pagi,beliau seringkali datang. Pimpinan kami saat itu sering memanggil beliau dengan Kang Harna dengan penuh hormat dan sayang...(memang begitulah komunitas PKS dibentuk,kata teman saya..dibentuk dengan penuh hormat dan sayang dengan kader yang lain...)

Kesan saya mengenai diri beliau sama dengan semua tulisan tentang beliau pasca reshuffle kabinet. Bahwa beliau adalah orang yang santun, bicara seperlunya, tapi juga suka guyon. Saya hormat sekali sama beliau.

Berikut ini artikel yang saya kopas dari faceb**k-nya PKS :


Suharna Surapranata, Teladan di Semua Mihwar Dakwah

Suharna Surapranata, Teladan di Semua Mihwar Dakwah

by Partai Keadilan Sejahtera on Thursday, October 20, 2011 at 5:26pm
Oleh : Cahyadi Takariawan
Gonjang-ganjing reshuffle kabinet banyak mendapatkan sorotan media akhir-akhir ini. Banyak media menilai PKS emosional mensikapi reshuffle ini lantaran seorang menterinya terkena dampak, harus meninggalkan kursi kementrian untuk diganti personal lain. Benarkah ada sikap emosional menghadapi reshuffle tersebut, dan bagaimana sikap Menteri yang terkena reshuffle ?

Menteri dari PKS yang terkena reshuffle itu adalah Suharna Surapranata. Apakah ia emosional menghadapi peristiwa ini ? Ah, berlebihan pertanyaan itu. Kang Harna, panggilan akrab sang menteri, ternyata biasa saja. Bersikap sangat arif dan tenang, sama sekali tidak ada kesan emosional.

Belum Pengumuman, Sudah Berpamitan

Bagi banyak kalangan, jabatan menteri dianggap sebagai sebuah posisi yang prestis dan terhormat, maka banyak orang berebut mendapatkannya. Oleh karena itu, bagi sebagian menteri, reshuffle sungguh merupakan tamparan dan menjadi momok yang sangat menakutkan. Namun tidak demikian dengan Kang Harna. Mantan Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS ini menganggap posisi menteri adalah amanah dakwah. Maka sebagai bagian utuh dari proses dakwah, ia siap ditempatkan dimanapun pos-pos yang bisa menjadi lahan baginya untuk berkontribusi secara optimal.

Begitu isu reshuffle sudah kian menghangat, dan sudah ada isyarat dari Istana Negara bahwa dirinya akan diganti, ia langsung menyiapkan segala sesuatu. Selasa pagi, 18 Oktober 2011, Kang Harna memimpin Rapim Menristek yang dihadiri para pejabat di lingkungan Kementrian. Pada Rapim tersebut, Kang Harna menyampaikan bahwa dirinya akan segera diganti oleh personal lain yang akan ditunjuk oleh Presiden SBY. Oleh karena itu Kang Harna menyampaikan kalimat pamitan dan beberapa pesan.

Tentu saja pernyataan tersebut sangat mengejutkan para pejabat di lingkungan kementrian Ristek, karena belum ada pengumuman resmi dari Presiden SBY terkait reshuffle. Banyak kalangan pejabat di kementrian yang merasa tidak percaya atas informasi tersebut. Selama ini hubungan sang menteri maupun kementrian Ristek dengan Presiden SBY baik-baik saja, tidak ada masalah atau kasus apapun yang layak dipersoalkan. Bahkan ada banyak kemajuan serta prestasi di Kementrian Ristek selama dipimpin Kang Harna.

Apalagi jika dibandingkan dengan beberapa kementrian lainnya yang tengah ada kasus, atau mendapatkan “raport merah” dari UKP4, atau ada masalah dengan laporan keuangan kementrian. Justru Kementrian Ristek posisinya aman-aman saja, bahkan mendapatkan nilai bagus, maka pernyataan pamit Kang Harna sangat mengejutkan para pejabat dan staf di lingkungan Kementrian Ristek.

Bukan hanya pamitan di forum resmi tersebut, namun Kang Harna juga mengunjungi seluruh lantai dan memasuki ruangan-ruangan untuk menyapa sekaligus berpamitan dengan para pegawai di lingkungan kementrian Ristek. Benar-benar kejutan, karena tidak menyangka Kang Harna menyapa mereka dan berdialog dengan para staf, sekaligus berpamitan. Kang Harna sudah pamit padahal reshuffle belum diumumkan SBY, sehingga belum ada kepastian apakah Menristek diganti atau tidak.

Para pegawai di lingkungan Kementrian Ristek memanfaatkan momentum itu untuk bersalaman dan berpotret bersama sang Menteri. Ya, Menteri Ristek di hari terakhir pengabdiannya. Sebagian pegawai bahkan terharu dan meneteskan air mata karena tidak menyangka Kang Harna akan segera meninggalkan mereka.

Usai mengungkapkan pamit, Kang Harna menyampaikan beberapa pesan kepada para pejabat dan staf di lingkungan Kementrian Ristek, bahwa jabatan itu hanya amanah yang setiap saat bisa selesai. Beliau mengatakan reshuffle Menristek itu hanya pindah nakhoda, karena semuanya sudah tersedia, seperti undang-undang, visi, misi kementrian dan perangkat lainnya. Untuk itulah Kang Harna meminta semua pejabat dan staf bekerja semakin profesional bersama menteri baru nantinya.

Telah Selesai Berkemas

Sesungguhnya, semenjak isu reshuffle bergulir, Kang Harna sudah memerintahkan kepada para staf khusus beliau untuk segera berkemas. Demikianlah Kang Harna menyikapi setiap ada isu reshuffle. Seakan sudah memastikan bahwa dirinya yang akan terkena. Hal sama beliau lakukan saat ada isu reshuffle setahun yang lalu, beliau sudah memerintahkan staf untuk berkemas. Namun ternyata waktu itu tidak jadi ada reshuffle.

Para staf segera melakukan perapihan di kantor Kementrian Ristek, dengan memilah barang-barang. Kang Harna berpesan agar cermat dalam melakukan packing. Jangan ada barang kementrian yang terbawa, dan jangan ada barang pribadi yang tertinggal. Hingga hari Senin 17 Oktober 2011, packing sudah selesai dilakukan oleh para staf. Barang-barang sudah dikemas dengan rapi dan tinggal membawa pergi.

Pulang Dengan Mobil Pribadi

Usai berpamitan dan berpesan dengan pejabat dan staf di lingkungan Kementrian, Kang Harna pun pulang. Luar biasa, siang itu, Selasa 18 Oktober 2011, beliau pulang mengendarai mobil pribadi. Mobil dinas Menristek beliau parkir di kantor, kunci serta seluruh perlengkapan mobil sudah dititipkan kepada pegawai yang berwenang.

Para pejabat yang melepas beliau semakin heran. Seseorang bertanya, “Mengapa tidak menggunakan mobil menteri?” Kang Harna menjawab, “Saya sudah pamitan. Itu jatah mobil menteri baru nanti”, jawab beliau.

Sebuah keteladanan yang luar biasa. Betapa banyak pejabat yang ingin selalu menikmati bahkan memiliki fasilitas dinas. Kalau perlu tidak dikembalikan, walaupun tidak lagi menjabat. Tidak demikian dengan kader senior PKS ini. Kang Harna memberikan contoh perilaku politik yang santun, beradab dan bertanggung jawab. Kang Harna simbol kesalihan seorang pejabat negera setingkat menteri.

Tidak perlu menunggu pengumuman resmi. Beliau sudah berpamitan. Beliau sudah mengemas semua barang. Beliau sudah menyerahkan mobil kementrian. Maka, siang hari itu, sejarah perpolitikan di Indonesia mencatat, seorang Menteri yang menuntaskan pekerjaan di hari terakhir tugasnya, dengan sempurna.

Luar biasa. Sikap konsistensi kepada keyakinan, sikap kesederhanaan, sikap kehati-hatian telah dicontohkan. Sejarah perpolitikan Indonesia harus mencatat peristiwa ini, sebagai pelajaran bagi seluruh pejabat di republik ini.

Mengembalikan Rumah Dinas

Kemana Kang Harna setelah selesai pamitan di Kantor Kementrian Ristek ? Selasa siang itu, 18 Oktober 2011, dengan menggunakan mobil pribadinya, Kang Harna langsung menuju rumah Dinas Menristek. Beliau meneliti kondisi rumah, dan memastikan bahwa rumah dinas tersebut sudah berada dalam kondisi rapi. Beliau memasuki rumah dan melihat semua bagian dan ruangan dengan detail. Jangan ada barang-barang milik dinas yang terbawa, dan jangan ada barang milik beliau yang tertinggal.

Setelah memastikan bahwa semua sudah beres dan rapi, beliaupun meninggalkan rumah dinas Menristek. Beliau ingin memastikan bahwa rumah dinas tersebut besok pagi sudah siap ditempati Menristek yang baru. Luar biasa, sebuah sikap kesederhanaan dan kehati-hatian yang pantas diteladani oleh semua masyarakat dan bangsa, khususnya bagi para pejabat negara.

Lagi-lagi, sejarah perpolitikan di Indonesia harus mengabadikan peristiwa ini. Sebuah pendidikan politik bagi para pejabat di seluruh level, agar bersikap profesional, sederhana dan bersahaja.

Mengganti KTP

Masih ada yang kurang, siang itu. Usai meneliti rumah dinas, Kang Harna segera meluncur ke Kantor Kelurahan. Apa yang beliau lakukan ? Ternyata beliau mengurus pergantian KTP.

Dalam KTP yang beliau miliki selama menjabat menjadi Menristek, tertulis identitas “Menteri” di KTP tersebut. Maka Kang Harna ingin semua selesai pada hari itu pula, Selasa 18 Oktober 2011, sebelum ada pengumuman resmi reshuffle kabinet. Beliau meminta agar dibuatkan KTP baru dengan identitas yang baru pula, karena besok pagi beliau sudah bukan Menteri.

Lega. Kang Harna menyelesaikan pembuatan KTP baru. Apa yang berbeda dari KTP tersebut ? Kalau semula tertulis identitas “Menteri” pada KTP beliau, sekarang tertulis “Wiraswasta” pada KTP yang baru.

Lagi-lagi, luar biasa Menteri yang satu ini. Perjalanan panjang dalam gerakan dakwah telah membentuknya memiliki karakter yang mulia. Beliau tidak ingin ada pemalsuan identitas. Beliau bukan lagi menteri, besok pagi. Maka tidak layak memiliki KTP yang bertuliskan identitas “Menteri”. Beliau ingin tampil dengan identitasnya yang asli, “Wiraswasta”. Bukan “Mantan Menteri”.

Jam 13.00 Sudah Selesai Semuanya

Ya, jam 13.00 wib hari Selasa 18 Oktober 2011, sudah selesai semua urusan Kang Harna. Sudah berpamitan dan memberi pesan di Kementrian Ristek. Sudah mengembalikan mobil dinas. Sudah meninggalkan dan merapikan rumah dinas. Sudah mengganti identitas di KTP. Lega, semua urusan sudah dibereskan. Rasanya tidak ada yang tersisa.

Masyaallah. Pengumuman reshuffle belum disampaikan. Belum ada kepastian apakah Kang Harna akan jadi diganti atau tidak. Namun semua urusan sudah dibereskan. Jika nanti malam Presiden SBY mengumumkan kabinet baru, dan ternyata dirinya benar-benar diganti, maka ia sudah menuntaskan seluruh urusannya. Tidak ada lagi yang menjadi bebannya.

Keluarga Menyambut Gembira

Kang Harna memang sudah dihubungi oleh Mensesneg Sudi Silalahi, yang menyampaikan pesan dari Presiden SBY bahwa dirinya akan diganti. Ia menerima pesan itu dengan perasaan “legowo”, tidak melakukan “pemberontakan” atau “perlawanan”. Misalnya dengan membuat pernyataan di media yang menyatakan bahwa dirinya dizalimi atau tidak terima kalau diganti, atau semacam itu. Tidak, sama sekali tidak.

Kang Harna justru mengirim kabar itu melalui sms kepada anak-anak beliau. Apa respon anak-anak atas berita itu ?

“Alhamdulillah Abi !” ini jawaban anak pertama.

“Alhamdulillah. Berarti Abi bakal lebih sering bersama kita. Kalau begitu kita perlu syukuran !” jawab anak kedua. Ya, semua keluarga menyambut gembira.

Dua tahun menjadi Menristek, membuat Kang Harna lebih sibuk daripada sebelumnya. Jam 06.00 wib Kang Harna sudah berada di kantor Kementrian Ristek. Ya pagi-pagi sekali beliau sudah berada di kantor, bahkan sering sebelum jam 06.00 wib beliau sudah masuk kantor. Setelah itu beliau berkegiatan di dalam kantor atau berkegiatan di luar lingkungan kantor Kementrian. Sore atau malam baru pulang ke rumah dinas.

Dengan irama kesibukan seperti itu, membuat beliau semakin jarang bertemu keluarga. Beliau ingin memberikan contoh teladan bagi semua pejabat, pegawai dan staf di lingkungan Kementrian Ristek, bahwa bekerja harus bersungguh-sungguh dan penuh dedikasi. Habis menunaikan shalat Subuh beliau sudah siap pergi ke kantor. Maka, sebelum jam 06.00 beliau sudah berada di ruangan Menristek. Kadang jam 05.30 sudah berada di ruang kerja kementrian.

Maka demikian bergembira anak-anak beliau, saat mendapat kabar bahwa Kang Harna akan digeser dari Menristek dan diganti personal lain yang ditunjuk Presiden SBY. Coba perhatikan respon spontan ini, “Alhamdulillah. Berarti Abi bakal lebih sering bersama kita. Kalau begitu kita perlu syukuran !”

Benar, malam harinya, Presiden SBY mengumumkan kabinet baru hasil reshuffle. Suharna Surapranata digantikan oleh Menristek yang baru, Gusti Muhammad Hatta.

Kinerja Kementrian

Penggantian Kang Harna dari Menristek sudah pasti bukan karena kinerja. Karena berdasarkan penilaian Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dan BPK, kinerja Menristek diakui bagus. Bahkan laporan keuangan Kementrian dibawah Kang Harna dinyatakan WTP selama dua tahun berturut-turut, maka renumerasi Kemenristek dipercepat tahun ini.

Nilai “Wajar Tanpa Pengecualian” (WTP) adalah opini audit atas laporan keuangan yang paling bagus atau menempati posisi paling atas. Opini audit lainnya adalah “Wajar Dengan Pengecualian” (Qualified Opinion), “Tidak Memberikan Pendapat” (Disclaimer) dan “Tidak Wajar” (Adverse). Maka dengan melihat hasil penilaian UKP4 serta nilai WTP selama dua tahun di bawah kepemimpinan Kang Harna, menandakan kinerja Menristek tidak ada masalah.

Maka tatkala Presiden SBY mengumumkan kabinet hasil Reshuffle, dan ternyata Kang Harna keluar dari jajaran kementrian, publik layak bertanya, atas dasar apa pergantian itu ? “Sudahlah, tidak perlu diperdalam. Ini sudah terjadi”, jawab Kang Harna.

Seperti yang ditulis Kompas, “Kendati tak mengetahui alasan pasti terkait pencopotannya, mantan Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata mengaku legawa. Tak lupa, politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengucapkan syukur karena telah memiliki kesempatan mengabdi kepada negara”.

"Saya juga merasa bersyukur bisa membantu Presiden selama dua tahun ini," kata Suharna kepada para wartawan di sela-sela upacara pelantikan menteri dan wakil menteri di Istana Negara, Jakarta, Rabu (19/10/2011).

Ketika ditanya lebih rinci terkait detik-detik pencopotannya, Suharna enggan menceritakannya. Pencopotannya dipandang hak prerogatif Presiden sepenuhnya. Dirinya hanya mengaku menerima telepon dari Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi.

"Sudahlah. Saya kira ini tidak perlu diperdalam. Ini sudah terjadi," ujarnya singkat.

Suharna mengatakan, selepas menjadi menteri, dirinya ingin kembali ke PKS dan membangun partai. Pencopotan Suharna yang secara resmi disampaikan Presiden di Istana Merdeka, Selasa (18/10/2011), turut mengurangi jatah kursi menteri partai dakwah tersebut. Demikian ulasan Kompas.

Bahkan, saat acara serah terima jabatan Menristek di kantor Kementrian, Kang Harna menyampaikan, “Saya pinjam pantun Pak Tifatul. Ayu Ting Ting naik Kopaja, yang penting kita tetap bekerja.” Itulah slogan yang sangat nyata. Dimanapun Kang Harna, pasti akan terus bekerja untuk masyarakat, bangsa dan negara.

Kang Harna di Mata Saya

Beliau orang yang ramah, santun dan bersahaja. Beliau salah seorang jajaran qiyadah dakwah yang memberikan contoh konsistensi dalam kehidupan. Kader senior dakwah yang menapaki jalan panjang dan terjal, menghantarkan dakwah dari ruang-ruang tertutup menuju ruang-ruang kenegaraan. Dan beliau sendiri mencontohkan bagaimana sikap seorang negarawan.

Beliau tidak pernah berambisi jabatan apapun, baik dalam organisasi maupun dalam jabatan publik. Saat beliau mendapatkan amanah menjadi salah seorang calon menteri yang diusulkan oleh PKS, kami semua mengetahui bahwa beliau keberatan dengan posisi itu. Beliau merasa ada lebih banyak kader dakwah yang tepat pada posisi kementrian. Namun, beliau juga memberikan contoh bahwa amanah harus dilaksanakan dengan segenap kemampuan.

Itulah yang sering saya katakan, “Posisi-posisi dalam dakwah ini datang dan pergi. Bisa datang, bisa pergi, bisa kembali lagi, bisa pula tidak pernah kembali. Bisa ‘iya’ bisa ‘tidak’. Iya menjadi pengurus, pejabat, pemimpin dan semacam itu; atau tidak menjadi pengurus, tidak menjadi pejabat, tidak menjadi pemimpin, tidak menjadi apapun yang bisa disebut”.

Kang Harna telah memberikan contoh kepada kita. Beliau tetap bekerja, dimanapun berada. Beliau selalu di jalan dakwah, selalu istiqamah, saat masih duduk di bangku kuliah, saat perintisan awal dakwah, saat mengalami masa-masa pertumbuhan dakwah yang sulit, dan bahkan akhirnya menjadi pejabat negara, dan sekarang kembali lagi menjadi masyarakat biasa. “Wiraswasta”, begitu pilihan identitas di KTP-nya.
Tidak menyalahkan sana menyalahkan sini, tidak emosi karena dicopot dari menteri, justru beliau menampakkan sikap yang rendah hati.

Luar biasa. Gemblengan perjalanan dakwah puluhan tahun telah menampa Kang Harna memiliki karakter yang sangat kuat. Layak diteladani oleh para kader, tentang kesederhanaan, tentang ketekunan, tentang dedikasi, tentang konsistensi, tentang kehati-hatian, tentang kesantunan, tentang profesionalitas kerja, tentang kemampuan adaptasi di segala mihwar, tentang sikap kenegarawanan, tentang komitmen kekaderan, tentang visi yang terang benderang, tentang platform pembangunan Indonesia yang jelas.

Banyak, teramat sangat banyak yang bisa kita pelajari dari kader senior yang satu ini. Saya salah seorang kader yang merasa bangga, memiliki senior yang memberikan keteladanan mulia kepada generasi berikutnya. Semoga semakin banyak kader berkualitas Suharna Surapranata.

Tuesday, October 18, 2011

Apa Makna Reshuffle Bagi PKS?


Oleh: Cahyadi Takariawan

Reshuffle ? Begitu pentingkah kita bicarakan ? Mungkin karena terlalu banyak membaca media, kita menjadi merasa penting berbicara soal reshuffle. Semua media tengah ramai membicarakannya. Semua media berspekulasi tentang segala sesuatu yang tidak ada kepastiannya. Agar tidak terseret ke dalam kisaran pembicaraan yang bersifat spekulatif, kita awali dulu dengan landasan yang menyebabkan PKS melakukan koalisi.

Sebagaimana diketahui, koalisi PKS dengan Pemerintahan SBY dimulai sejak proses pemilihan calon Presiden tahun 2004. Setelah berhasil menang menjadi Presiden RI, koalisi ini dikukuhkan dengan Kontrak Koalisi yang berisi ikatan nilai dan ikatan kerja untuk Indonesia.

Pada proses pemilihan calon Presiden tahun 2009, kembali PKS mendukung SBY. Ketika SBY berhasil memenangkan pemilihan calon Presiden untuk periode kedua, PKS mengukuhkan koalisi dengan Kontrak Koalisi yang isinya sangat detail. Sebuah Kontrak Koalisi untuk membangun Indonesia berdasarkan suatu platform yang disepakati bersama dengan SBY.

Dalam perjalanan dua kali membuat Kontrak Koalisi dengan SBY, tentu saja banyak dinamika di sepanjang perjalanannya. Beberapa kali PKS dikecewakan oleh sikap SBY yang membuat kebijakan tidak populis, dan tidak mengajak pimpinan PKS untuk berbicara. Seperti saat mengambil kebijakan kenaikan harga BBM, dan saat menentukan calon wakil Presiden yang akan mendampinginya pada periode kedua pemerintahan sekarang ini. Sama sekali tidak mengajak berbicara PKS sebagai mitra koalisi, yang berkali-kali disebut sendiri oleh SBY sebagai “back bone”.

Belum lagi beberapa poin Kontrak Koalisi yang tidak bisa dilaksanakan dan tidak dipenuhi oleh SBY, seperti adanya tiga lapis komunikasi dalam koalisi. Ternyata komunikasi yang terjadi, tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Dampak dari komunikasi yang tidak berjalan sesuai harapan ini, muncullah berbagai ketidakserasian dalam perjalanan yang akhirnya menimbulkan banyak sorotan publik.

Di antara bentuk komunikasi yang disepakati dalam Kontrak Koalisi itu adalah adanya pertemuan rutin antara pimpinan Parpol pendukung koalisi dengan SBY. Dalam forum inilah semestinya dibahas berbagai hal strategis dan hal-hal sensitif dalam mengelola pemerintahan. Dengan demikian akan selalu terjamin adanya satu kata dalam memahami arah kebijakan, antara SBY dengan semua pimpinan Parpol peserta koalisi. Tidak akan terjadi salah paham dan perbedaan dalam membaca arah kebijakan SBY.

Sayang pertemuan rutin antar pimpinan Parpol yang dikoordinasikan oleh SBY ini tidak berjalan sesuai harapan. Tidak ada koordinasi dan diskusi yang dilakukan oleh SBY dengan para pimpinan Parpol. Dampaknya, ketidakharmonisan segera tampak di permukaan, misalnya saat SBY memberikan pernyataan tentang reshuffle menteri dan ditanggapi secara terbuka oleh Sekjen PKS, Anis Matta.

Hak Prerogatif Presiden

Reshuffle Menteri adalah hak prerogatif Presiden. Ungkapan ini semestinya tidak perlu diulang-ulang, karena memang sudah tertuang dalam peraturan perundangan. Namun dalam rangka menjaga keutuhan dan kekompakan koalisi, semestinyalah hak prerogatif tersebut ditempatkan sebagai sentuhan akhir, setelah meminta masukan dan mendengar pendapat mitra koalisi.

Reshuffle bisa saja dilakukan secara berkala atau bahkan rutin, jika memang ada alasan logis yang harus diselesaikan dengan cara reshuffle. Namun pertanyaannya, benarkan reshuffle menjadi solusi ? Apakah sebenarnya akar persoalan ketidakefektifan kabinet ? Apakah faktor personal para menteri yang under-capacity, atau karena faktor manajemen pengelolaan kabinet alias mismanajemen, atau justru karena tidak jelasnya direction terhadap para menteri yang ada di kabinet ?

Jika akar persoalan terletak pada faktor personal menteri yang under-capacity, maka mengganti menteri dengan personal yang memiliki kapasitas memadai tentu menjadi solusi. Namun kalau problemnya justru terletak pada tidak adanya direction yang jelas, serta kelemahan dalam manajemen kabinet, maka para menteri diganti seribu kali juga tidak akan membawa perubahan yang berarti. Yang diperlukan adalah penguatan manajemen kabinet, penguatan koordinasi, konsolidasi dan sinergitas antar kementrian; bukan pergantian menteri.

Apalagi kalau pergantian menteri dilakukan hanya karena Presiden merasa sakit hati terhadap pernyataan seorang pimpinan partai politik pendukung koalisi. Ini alasan yang amat sentimentil dan emosional. Tentu saja semakin jauh dari harapan perbaikan. Menjadi Presiden harus siap dengan berbagai kritik dan masukan dari berbagai kalangan, karena itulah yang akan semakin memperkaya khasanah dalam pengelolaan pemerintahan.

Namun sekali lagi, reshuffle adalah hak proregatif Presiden. Sepertinya inilah satu-satunya alasan mengapa ada reshuffle saat ini.

Siap Bekerja Dimanapun Berada

Bagi PKS, mendapatkan empat posisi kementrian bukanlah anugerah yang istimewa. Itu peristiwa yang wajar saja dalam dunia perpolitikan. Anugerah yang istimewa bagi PKS adalah ketika mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi kebaikan negeri. Posisi kementrian itu didapatkan tidak semata-mata karena porsi kerja yang dilakukan dalam pemenangan SBY saat proses pemilihan calon Presiden tahun 2009, namun juga karena kapasitas kader PKS yang diusung menjadi menteri sesuai dengan standar kelayakan sebagai pejabat publik.

Artinya, bagi PKS mendapatkan posisi di legislatif dan eksekutif dimaknai sebagai lahan untuk bekerja dan berkarya bagi Indonesia. Posisi dalam jabatan publik itu sesuatu yang bisa datang dan pergi. Satu periode tertentu bisa mendapatkan posisi tertentu di kabinet dan parlemen, pada periode lainnya posisi itu bisa saja berubah. Bisa bertambah bisa berkurang, tergantung kepercayaan masyarakat terhadap kinerja PKS dan para kadernya yang menduduki posisi jabatan publik.

Isu paling santer saat ini, salah seorang menteri dari PKS akan terkena reshuffle. Uniknya, alasan yang melatarbelakangi reshuffle ini sangat tidak transparan. Karena hak prerogatif, maka alasannya pun menjadi bagian dari hak tersebut. Namun seluruh kader PKS yang duduk di kabinet telah memiliki kesiapan sepenuhnya untuk mendapatkan arahan dari pimpinan partai, apakah akan tetap berkarya melalui kabinet atau berkarya di luar kabinet. Soal reshuffle tidak menjadi isu yang meresahkan para menteri dari PKS.

Seluruh menteri dari PKS telah bekerja dengan serius dan sangat bersungguh-sungguh di kementrian masing-masing. Berbagai prestasi pun didapatkan, dan menjadi kontribusi yang berarti bagi negeri ini. Namun bukan berarti mereka tidak siap meninggalkan posisi kementrian tersebut. Jika memang dirinya yang terkena reshuffle, dengan legowo akan ditinggalkannya posisi kementrian, dalam rangka berkarya di bidang yang lain.

Demikian pula sikap para pimpinan dan kader PKS. Semua menyatakan kesiapan untuk bekerja dan berkarya untuk kebaikan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dimanapun berada. Apakah di dalam kabinet atau di luar kabinet, apakah di dalam parlemen atau di luar parlemen, hal itu tidak menjadi persoalan utama. Seluruh pimpinan dan kader PKS akan terus bekerja demi kebaikan dan kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun yang menjadi komitmen PKS adalah, saat ini masih terikat kontrak koalisi dengan SBY hingga tahun 2014. Kontrak ini tidak akan dikhianati, atau dibatalkan secara sepihak oleh PKS. Jika SBY mengingkari poin-poin kontrak tersebut, itu adalah “hak prerogatif”nya, yang tentu akan selalu diingatkan oleh PKS. Sudah menjadi kewajiban bagi PKS sebagai mitra koalisi untuk mengingatkan SBY agar selalu berada dalam koridor kontrak.

Intinya Adalah Kontribusi Terbaik untuk Negeri

Bagi PKS, persoalannya adalah bagaimana masa depan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia tercinta. Soal reshuffle itu hanyalah kembang-kembang dalam perjalanan mengelola pemerintahan dalam format koalisi. Itu bukan persoalan hakiki. Yang menjadi persoalan hakiki adalah, apabila PKS sudah tidak mampu memberikan kontribusi kebaikan bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Jadi, silakan saja jika ada menteri dari PKS yang diganti. Itu bukan persoalan yang ditakuti. PKS akan selalu berkontribusi bagi kebaikan negeri ini, dengan berbagai format yang memungkinkan. Ada sangat banyak hal yang bisa dilakukan untuk memberikan karya nyata bagi negeri, walau tidak menjadi menteri. Kehadiran PKS di Indonesia tidak ada tujuan lain, kecuali berkontribusi memperbaiki kondisi masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Maka, di dalam kabinet ataupun di luar, misi itu akan selalu dilaksanakan.

Apalagi yang membanggakan bagi semua kader PKS, kecuali kontribusi terbaik untuk membangun negeri ini?


*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia