Friday, February 27, 2009

Istriku Jadi Caleg : Hmmmmm.....(2)


Liat foto diatas ? Nah itu istriku..maksudnya foto istriku didalam suatu pamflet..rencananya, poster itu mau dicetak diatas selembar kaos yang akan dibagi-bagikan ke publik ketika ada kegiatan di warga. Rencananya mulai 1 Maret ini, kami sudah mulai pindah ke persneling agak tinggi dikit.

Dimulai dengan menggelar kegiatan bazar murah sembako di 4 kelurahan di 4 RW, terus ada fogging (nyemprot nyamuk DBD...), terus nempelin stiker dan pamflet...wuih...seruh dah....

Tapi ya itulah,waktu buat main sama anak jadi berkurang buanyak banget...lah pulang sekolah jam 4 sore,nyampe rumah jam setengah lima sore...abis itu muter2 ke tetangga...promosi-promosi dikit...abis magrib,tepar deh...wah...sedih juga sih..tapi kan ini amanat yak....

Thursday, February 26, 2009

Istriku Jadi Caleg : Hmmmmm.....

Anda lihat foto perempuan diatas ? Itu foto istriku..gambar itu diambil ketika bulan puasa Ramadhan 1426 H atau kira-kira November 2006...sedang bikin bungkus ketupat.

Nah,dia itu tuh yang sekarang ini jadi caleg di Pemilu 2009 dari Partai Keadilan Sejahtera...yah cuman di level DPRD Kota Bogor sih...tapi kan caleg juga hihihihi....keren toh ? Saya juga ndak nyangka, kok bisa-bisanya dia jadi caleg. Tapi itulah hebatnya di PKS...tidak ada seorangpun yang menawarkan dirinya jadi caleg,bahkan justru kalau bisa ndak usah terpilih jadi bakal calon,apalagi jadi calon terpilih di Pemilu...hihihihi...kalo bisa mundur,ya bakal mundur semua tuh. Tapi karena ini perintah dan amanat dari organisasi dakwah yang sudah digelutinya dari semenjak SMA di Semarang (SMUN 4 Semarang), ya kudu manut...kalo tidak,...jdiggggg...

Sedikit cerita tentang dia yang tercinta ya....
Dia ini lahir dari Bapak yang militer...Angkatan Darat bung...yang hingga masa pensiunnya tiba aktif di Kodim Kota Semarang, dekat Simpang Lima yang terkenal itu tuh...Sementara, Ibu dia sebagai ibu rumah tangga yang sederhana...ya tau lah gimana sih kehidupan prajurit...sembari punya sambilan di Pasar Banyumanik, yaitu warung rokok,kue dan lain-lain. Oya, keluarga istriku tinggal di ex Asrama Brigif V, dekat Terminal sekaligus Pasar Banyumanik. Dia punya 3 sodara.

Dia SD di dekat rumah...(apa ya namanya?...), terus lanjut ke SMPN 21 yang dekat rumah,hanya nyeberang jalan besar trus jalan 1 kiloan..juara terus tuh di SMP..setelah itu lanjut ke SMUN 4, cuman 5 menit dari SMP 21..lha wong disebelahnya kok..Nah, di SMUN 4 ini dia jadi juara terus dan sejak itulah kenal dengan aktifitas Kerohanian Islam.

Tahun 1998 dia lulus dari SMUN 4 Semarang, dan dapat undangan USMI (seleksi masuk PTN tanpa test) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan GMSK (Gizi Masyarakat dan Sumberdaya KEluarga) Fakultas Pertanian. Di kampus ini dia aktif di Masjid Kampus Al Hurriyyah, BEM Fakultas dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Bogor.

Sebelum lulus tahun 2003, tahun 2002 aku nikahi dia...wuih...saingannya bro...udah pada kerja semua,sementara pas nikahi dia,aku baru aja lulus dari IPB dan belum kerja...(nekat bow...)...sabar dia ini,sampai akhirnya aku dapat kerja di ISTECS bulan Maret 2003 dengan gaji pertama Rp.750,000.00..yah dicukup-cukupi. Alhamdulillah bulan Juni 2003 dia keterima untuk mengajar di SDIT Ummul Quro Bogor, Jalan Salabenda, Kemang, Bogor. Sampai akhirnya dia terpilih jadi caleg Dapil 3 tanah Sareal, dia masih mengajar disana..

(...2 b continue...)

Wednesday, February 25, 2009

Yang Cantik, Yang Kampanye : Braaakkkk....

Shahabat, pernahkah kamu berkendaraan di belakang sebuah mobil--apapun mereknya--dan di kaca belakang mobil tersebut ada poster seorang caleg peserta Pemilu 2009 ?

Pasti pernah ya...kalo saya sering,karena di Kota Bogor yang kecil kayak gini namun padat penduduknya,juga padat kendaraannya...jadi pastilah ketemu mobil-mobil yang berhias foto/poster caleg di kaca belakangnya...

Buat saya pribadi,tidak menjadi masalah terkait keberadaan poster-poster tersebut...toh ternyata menjadi pelindung bagi sang penumpang dari kepanasan. Dan sya perhatika juga banyak caleg yang mencantumkan peribahasa atau ungkapan-ungkapan yang bagus dan asyik juga untuk diingat-ingat.

Namun,yang jadi masalah buat saya adalah jika foto caleg yang ada di poster tersebut mendapat karunia wajah yang cantik, baik berjilbab atau nggak. Udah gitu, fotonya berukuran besar lagi...

Apa masalahnya ? Jelas dong,sebagai pengendara motor kan ketika dijalan nggak bisa nyetel MP3 atau nyetel TV or video kayak yang di mobil-mobil itu..jadi mesti ngeliat depan dan itu berarti otomatis juga ngeliat mobil (terutama angkot) yang kaca belakangnya ada poster caleg yang cantik itu..

Itulah kemudian yang mengakibatkan saya hampir aja nabrak angkot dan sebuah mobil pribadi...gara-gara "terlalu serius" dan "terpesona" oleh foto seorang caleg perempuan...astaghfirullah...

Kacau deh...

Thursday, February 19, 2009

CALEG PKS KOTA JAMBI : JEBAKAN ?

Shahabat, ini sedikit copy tulisan tentang sodara saya disana..,mudah-mudahan bisa memberikan keberimbangan informasi...insyaalloh...


http://pur76.multiply.com/journal/item/37/ZULHAMLI_ALHAMIDI_YANG_SAYA_KENAL

Sudah belasan tahun saya mengenal sosok dan pribadi Zulhamli Alhamidi tanpa
pernah menemukan kesalahannya sedikitpun kecuali satu kali ini saja. Saya
prihatin dan bertanya-tanya apakah manusia memang tidak boleh khilaf suatu
saat? Tulisan ini saya niatkan dalam rangka memenuhi salah satu hak-hak
ukhuwwah beliau sebagai saudara saya sesama muslim.

Uda Zul, begitu panggilan akrabnya di kalangan anak-anak Rohis sejak jadi
aktivis da'wah di kampus UNJA. Saya pun sekampus dengan beliau, cuma saya FE
93 sedangkan beliau Fapet 94. Tapi sejak sama-sama ngantor di Fraksi PKS,
saya ikut memanggilnya Uda Zul karena memang usia beliau lebih tua 1 tahun
dari saya. Saya juga satu majelis ta'lim dengan istri beliau, Mbak Lisa.

Da Zulhamli adalah anggota dewan paling miskin di DPRD Kota Jambi menurut
ekspos LHKPN versi BPK tahun 2004 dengan asset pribadi 'hanya' Rp.3,5 juta
saja (diikuti 3 rekan F-PKS lainnya yang sama-sama termasuk paling miskin,
selain mas Hizbullah). Berita itu juga bikin polemik di koran lokal saat
itu, karena Uda Zul memang sangat sederhana. Selain masih tinggal numpang di
rumah mertua walau sudah punya 2 anak, Da Zul juga punya motor 'butut' yang
selalu menemaninya ke manapun. Bahkan motor tua milik Da Zul sempat
menginspirasi saya untuk bikin puisi (maaf file-nya belum ketemu). Dan motor
tuanya itu sempat patah jadi dua saat suatu malam beliau ditabrak oleh
pemuda yang sedang ngebut di dalam gang dalam perjalanan beliau menuju
tempat Mabit ikhwan.
Ada dua momen yang paling berkesan tentang Da Zul dalam interaksinya dengan
saya. Pertama, saat suatu hari saya datang ke Fraksi pagi-pagi dalam keadaan
sangat lapar dan lemah karena tidak makan malam dan belum pula sarapan
padahal saya sedang hamil. Dalam keadaan pusing dan gemetar karena
benar-benar tak sanggup berdiri dan melangkah kuatir mendadak pingsan, Uda
Zul tiba-tiba muncul di Fraksi. Saya sempat sungkan dan malu ingin meminta
tolong Uda Zul memesan makanan ke kantin, tetapi pandangan mata saya sudah
mulai agak gelap. Akhirnya dengan suara agak pelan, terucap juga permintaan
tolong itu ke Da Zul. Saya pikir kalau saya akhirnya pingsan, bukankah Da
Zul juga yang repot? Saya sangat merasa kurang sopan menyuruh seorang bapak
dua anak, apalagi dengan level kaderisasi lebih tinggi dari saya, melakukan
hal sepele seperti beli sesuatu ke kantin. Tapi alhamdulillah Da Zul
benar-benar membantu saya pagi itu.

Yang kedua, saat polemik Pansus Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
Penerapan PP.41/2007 di mana saya dipercaya menjadi Ketua Pansus di DPRD
Kota Jambi. Posisi saya sangat sulit waktu itu, dilematis. Kesediaan Da Zul
menjadi juru bicara Pansus, membacakan hasil kesimpulan Pansus di Rapat
Paripurna walaupun berbeda pendapat dengan sikap akhir (stemmotivering)
Fraksi PKS, sangat saya hargai. Pansus maunya ada penghematan anggaran
melalui perampingan dinas sehingga sepakat dengan 9 Dinas saja dari Formasi
13 Dinas yang ada. Tetapi PKS pada menit-menit terakhir setelah masa lobi
yang cukup alot, justru fix di formasi 14 Dinas mengikuti Golkar sebagai
rekan koalisi Pilwako saat itu. Saya dan Da Zul sebetulnya utusan Fraksi
yang tidak terlalu sepakat dengan hasil kesimpulan Pansus, tetapi toh
khalayak juga taulah sikap pribadi kami tentu berafiliasi ke sikap akhir
Fraksi PKS.

Beliau sosok yang pendiam, hanya bicara jika perlu saja. Dia orang yang
sensitif, mudah tergugah hati. Da Zul pernah pingsan dalam suatu muhasabah
sewaktu ada Dauroh Aleg PKS di Bengkulu. Da Zul juga pernah tiba-tiba
menangis saat pidato membacakan Pandangan Umum Fraksi PKS saat santer
menolak rehab gedung DPRD yang bakal menghabiskan dana APBD belasan miliar
rupiah. Dan sehari setelah musibah dirinya dirazia di panti pijat itu, Da
Zul juga 2 kali pingsan sebelum akhirnya datang ke DPW PKS Jambi untuk
menghadapi konfrensi pers, lalu menyatakan mundur dari DPRD Kota Jambi
sekaligus mundur dari pencalegannya di Dapil Jambi Timur-Pelayangan.

Jabatan terakhir Da Zul di DPRD Kota Jambi selain beliau adalah Wakil Ketua
Fraksi PKS, beliau akhir Desember 2008 kemarin baru menyelesaikan tugasnya
sebagai Wakil Ketua Komisi B. Di struktur partai, beliau adalah salah
seorang Ketua Bidang di DPW. Beliau juga aktif di berbagai kegiatan di DPD
dan DPC.

Saya tidak melihat ada gaya hidup yang berubah signifikan setelah Da Zul
menjadi Aleg. Hingga saat ini beliau dan keluarganya masih ngontrak rumah
sederhana di Talang Banjar (karena ada tuntutan Aleg PKS harus tinggal di
Dapilnya). Di rumahnya pun tidak ada barang mewah. Selain motor tuanya itu,
hanya tampak satu lemari penuh buku, televisi di ruang keluarga, room set
anak-anak dan seperangkat kompor gas di dapur si ummi. Tidak ada sofa di
sana, boro-boro koleksi keramik mewah!! Tamu yang datang terpaksa duduk
lesehan di atas karpet sederhana. Kalaupun Da Zul sesekali bawa mobil Carry
edisi lama, itu sebetulnya mobil milik mertuanya, kadang-kadang dipakai
untuk menjemput anak-anaknya: Ainun, Ahmad dan si kecil Aziz.

Uda Zul memang sangat gemar olahraga Badminton seperti bapak-bapak anggota
dewan yang lain. Kantor kami memang punya gedung olahraga sendiri, sehingga
keluarga besar DPRD Kota bisa leluasa memanfaatkan waktu luang di situ. Di
kantor, teman-teman Fraksi lain mengakui Da Zul cukup lihay main bulu
tangkis ini. Mungkin saking semangat, badan Uda Zul sering pegal-pegal, saya
yakin bapak-bapak sparing partner dia juga begitu jika terlalu menguras
energi. Diakui oleh rekan-rekan sejawat, kalau pegal mereka kadang mampir
rame-rame ke Panti Pijat Sehat Bersih yang lokasinya cukup dekat dari kantor
dan memang punya izin operasional resmi dari Pemerintah Kota. Bahkan
sesekali bapak-bapak itu bawa istri mereka sekedar pijat refleksi karena
memang pengunjung laki-laki dan perempuan dibedakan tempat dan petugas yang
melayaninya, harus sama-sama laki-laki atau sama-sama perempuan (Itulah yang
saya heran mengapa pada kasus Da Zul koq justru petugasnya lain jenis?
Menurut wartawan yang ikut Razia tetapi tidak ikut menjelek-jelekkan Aleg
PKS di media, ada kemungkinan razia itu direkayasa. Tapi maaf saya tidak
ingin buka di sini karena kuatir pencemaran nama baik pihak tertentu).

Yach… siapa sangka hobby berolahraga ini justru menjadi sandungan di
belakang hari. Mungkin Allah ingin mengingatkan bahwa ada tupoksi Aleg yang
lebih penting daripada sekedar riyadhoh. Wallohu a'lam.

Yang pasti, kinerja dan keikhlasan Uda Zul dalam beramal jauh lebih baik
dibandingkan saya. Apa yang telah terjadi atas Da Zul adalah pertanda Allah
masih sayang sama beliau, Allah mungkin sedang mempersiapkan rencana yang
lebih baik untuk beliau dan keluarganya.

Tetapi terus terang kami di Fraksi belum siap kehilangan… Seseorang yang
pergi begitu saja karena media lokal, nasional, cetak, elektronik, bahkan
internet secara sistematis telah terlanjur membunuh karirnya tanpa ampun
sampai beliau sangat malu dan tak punya muka lagi untuk sekedar datang ke
kantor. Padahal tidak ada Perda dan aturan KUHP / KUHAP yang beliau langgar
saat peristiwa di Panti Pijat itu. Beliau sedang pijat tradisional di tempat
resmi dan petugas resmi, tidak ada asumsi razia yang dia langgar tapi Satpol
PP dan Poltabes – dengan alasan mengamankan Pejabat Daerah – telah
menggiring publik menuduh dia berbuat mesum dengan pemijat. Astaghfirullah…
Kasihan Uda Zul. Sebagai kader Partai Da'wah, Dewan Syari'ah PKS lebih
berhak menilai sejauh mana kesalahan beliau. Dan inisiatif pengunduran diri
dari DPRD maupun dari pencalegannya di Pemilu 2009 adalah sebuah inisiatif
yang patut dihormati. Bahkan itu sebetulnya masih terlalu berlebihan.

Kali terakhir saya bertemu dengan Uda Zul di DPRD – subhanalloh saya rasanya
mau nangis lagi… - kami berlima duduk bersama di Fraksi PKS di Lantai 2,
ngumpul saja karena Jum'at pagi itu tidak ada agenda rapat. Bang Dede sedang
ngonsep Pandangan Umum RPJP di laptop, Mas Hiz baca koran, saya baca majalah
Ghoib buat persiapan ngisi Rohis sejam lagi, sedangkan Bang Zay seingat saya
baca printout PP.8/2008. Lalu Uda Zul? Dia serius memperhatikan HP-nya
menyetel tilawah Qur'an (kalo gak salah, surat Al.Anfaal, taujih robbani
yang paling mengena jelang Pemilu 2009). Murottal itu distel Da Zul agak
keras sehingga saya yakin terdengar dari lantai bawah ruang Fraksi. Dan kami
berlima cukup lama saling diam menyimak ayat-ayat Allah di sela kegiatan
masing-masing, sampai menjelang jam 11 siang saya pamit duluan mau ke SMA
5….

Ah, Da Zul!! Ketika saya menjenguk ke rumahnya pasca pemberitaan itu untuk
bertemu dengan istrinya (Mbak Lisa), hanya sekilas saya lihat Da Zul
membukakan pintu untuk kami. Selebihnya, beliau lebih memilih masuk ke
dalam. Hanya ada Mbak Lisa dan anak-anak yang menyambut kami dengan sejuta
kesabaran di antara suara tertahan dan sesak di dadanya. Sementara mereka
tegar, kami yang memandangi malah menangis. Sama seperti Da Zul, saya juga
sudah belasan tahun mengenal Mbak Lisa sejak di Kampus, kami seangkatan 93.
Selain dikenal sangat sabar dan pendiam, istri Da Zul juga seorang pekerja
keras. Beliau guru SD Islam Terpadu Nurul Ilmi. Bayangkan bagaimana Mbak
Lisa harus menghadapi ratusan wali murid yang bertanya-tanya tentang
kejadian itu. Sementara anak-anak bertanya, "Ummi… Mengapa Abi tidak
ngantor?"

Kasus razia panti pijat itu pahit banget yak!! Tidak terbayang kalau dalam
sisa masa jabatan yang tinggal sekitar 5 bulan ini mendadak harus menghadapi
drama voting di ruang Paripurna, sementara suara PKS kurang 1 orang…
Walaupun saat ini isu pemecatan Kepala Satpol PP akibat salah ringkus di
razia itu sudah disepakati oleh semua Fraksi di DPRD Kota Jambi (di sini
total ada 40 kursi), kecuali Fraksi PKS memilih abstain untuk menjaga
objektivitas. Saya masih tidak habis pikir, bukankah istri Kepala Satpol PP
itu juga seorang akhwat PKS? Ah, otak saya masih bebal membaca situasi
politis terselubung di balik penangkapan berdalih pengamanan Pejabat itu.
Tapi semua respon dan dukungan dari internal DPRD Kota Jambi tidak akan
mengembalikan kehidupan Da Zul seperti sedia kala. Mungkin butuh
bertahun-tahun untuk pulih, entahlah.

Saya ingin katakan bahwa mungkin Uda Zul bersalah secara syari'ah (baca:
berdosa) dan kasus ini sudah diambil alih DPP. Tetapi tidak layak kita
ikut-ikutan memojokkan beliau. Dalam hearing Komisi A sepekan setelah
kejadian itu, saya katakan kepada perwakilan Poltabes, Satpol PP, dan
rombongan wartawan PWI yang hadir, "Al insaan makaanul khotho' wa khoiru
khothoo-ihaa at tawwabiin." (Manusia adalah tempat berbuat salah dan
sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat).

Sebagai sesama muslim, beliau adalah saudara kita yang punya hak-hak
ukhuwwah dan harus kita tunaikan. Cukuplah beban vonis sosial yang
ditanggungnya. Ingatlah istri dan anak-anak serta keluarga besar beliau ikut
menanggung apa yang dirasakan Uda Zul.

Sementara apa yang sudah kita lakukan hari-hari ini? Apakah memang kita
merasa lebih baik akhlaqnya dibanding beliau? (Terutama untuk saya pribadi
dan 1112 Aleg PKS se-Indonesia, kiranya lebih berhati-hati terhadap potensi
jebakan dari lawan-lawan politik)
Wallohu a'lam.