Friday, September 4, 2009

GEMPA BUMI : Bila Terjadi Gempa Bumi

Kamis, 3 September 2009 | 00:16 WIB
KOMPAS.com

Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan pegangan di manapun Anda berada.

Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.

Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.

Di luar rumah
Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.

Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.

Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

Di gunung/pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di sekitar anda.

Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.

Sumber : BNPB

GEMPA BUMI : Menyelamatkan Diri Lewat Tangga Darurat Bukan Tindakan Terbaik

Kamis, 3 September 2009 | 22:37 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com

Masih membekas di ingatan kita peristiwa kepanikan massal ketika ribuan orang di Jakarta digoyang gempa Tasikmalaya (2/9) lalu. Terlebih mereka yang sedang berada di gedung-gedung pencakar langit.

Gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter yang berpusat di barat daya Tasikmalaya membuat gedung-gedung di Jakarta bergoyang, ribuan orang seketika berjejal menyelamatkan diri berjuang turun dari gedung melalui tangga darurat.

Para orang tua dan wanita bergegas menuruni ribuan anak tangga. Bisa dibayangkan banyak tenaga yang terkuras hingga membuat pingsan. Ada pula sejumlah ibu hamil yang pingsan dan dilarikan ke rumah sakit karena kejang perut.

Ternyata lari seketika menuruni anak tangga menuju luar gedung saat gempa bukan tindakan tepat. Kepanikan tidak harus terjadi jika kita tahu prosedur standar penyelamatan diri saat terjadi gempa.

Berikut standar praktis penyelamatan gempa seperti dirilis Federal Emergency Management Agency (FEMA) sebuah badan yang menjadi bagian dari Departemen Keamanan Daerah AS (DHS) melalui situs mereka.

Bertahan seaman mungkin selama gempa berlangsung. Sadarilah bahwa ini adalah gempa permulaan. Gempa susulan yang lebih besar mungkin terjadi. Gerakan minimal hanya ke tempat yang aman di dekat Anda dan tetap tinggal di dalam ruangan hingga goncangan berhenti dan Anda yakin keluar dengan aman.

Jika di dalam ruangan:

  • Segera merunduk ke lantai. Berlindung ke bawah meja yang kokoh dan jangan keluar sampai goncangan gempa berhenti. Jika di dekat Anda tidak ada meja, lindungi wajah dan kepala dengan lengan sambil berjongkok di dekat sudut ruangan.
  • Jauhi benda kaca, jendela, pintu dan dinding luar dan apapun yang bisa jatuh seperti lampu atau benda-benda furnitur.
  • Jika sedang tiduran di kasur, tetaplah bertahan. Lindungi kepala Anda dengan bantal atau jika berada di bawah lampu yang berat, segera pindah ke sudut aman yang terdekat.
  • Tinggal di dalam sampai goncangan berhenti lalu yakinkan bahwa Anda aman untuk keluar. Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan luka-luka terjadi ketika orang-orang di dalam bangunan panik atau berjejal untuk segera keluar gedung.
  • Saat menuruni gedung jangan gunakan lift atau tangga berjalan.

Jika di Luar Rungan:

  • Tetap bertahan
  • Menjauhlah dari bangunan, lampu jalanan, atau apapun bangunan atau pohon yang ada di dekat Anda.
  • Tetap bertahan di luar sampai guncangan berhenti. Sebanyak 120 korban jiwa dari gempa yang terjadi sejak tahun 1933 membuktikan, mereka tewas karena tertimpa puing reruntuhan dan dinding runtuh. Gerakan tanah selama gempa jarang menjadi penyebab langsung kematian atau cedera. Sebagian besar korban gempa meninggal atau cedera karena tertimpa dinding runtuh, pecahan kaca, atau tertimpa benda berat lainnya.

Jika sedang berkendara:

  • Berhenti secepatnya dan tinggal di dalam mobil. Hindari berhenti di dekat atau di bawah bangunan, pohon, jalan layang, atau instalasi listrik atau kabel.
  • Lanjutkan dengan hati-hati setelah gempa berhenti. Hindari jalan, jembatan, atau areal landai yang mungkin telah rusak akibat gempa.

Jika terperangkap di bawah puing:

  • Jangan nyalakan api.
  • Jangan bergerak atau menendang debu. Tindakan ini juga bisa membuat runtuhan semakin parah.
  • Lindungi mulut anda dengan sapu tangan atau kain baju.
  • Tekan perlahan dinding sehingga penyelamat dapat menemukan Anda. Gunakan peluit jika tersedia. Berteriak hanya sebagai pilihan terakhir. Berteriak dapat mengakibatkan bahaya Anda menghirup debu.

Tindakan di atas bersifat praktis. Tanya dan diskusikanlah tindakan lainnya kepada orang yang pernah mengikuti pelatihan penyelamatan bencana gempa. Perlu diketahui, hanya sedikit perusahaan di Indonesia yang berkantor di gedung tinggi telah melatih karyawannya bertindak darurat khusus jika terjadi gempa bumi.

Tiga Pilar Negara Kuat Menurut Nagara Krtagama

TIGA PILAR NEGARA KUAT : VERSI NAGARA KRTAGAMA (MAJAPAHIT'S)
KOMPAS.com, Jumat, 4 September 2009 | 10:00 WIB

Sebagai bangsa yang besar, kita harus menghargai jasa para pendahulu kita. Seperti ada pepatah yang mengajarkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang pandai menghargai jasa para pahlawan dan pendahulu kita.

Bangsa dan negara Indonesia tidak jadi begitu saja. Ratusan bahkan ribuan tahun lalu proses untuk menjadi bangsa sudah dimulai. Rekam jejak yang paling kentara adalah pada masa Kerajaan Majapahit. Saat itu Maha Patih Gajah Mada mengumandangkan sumpah Amuktya Palapa yang intinya adalah ia tidak akan menikmati kemewahan bila Nusantara belum bersatu.

Sumpah itu diperjuangkannya bersama Raja Hayam Wuruk yang memerintah Majapahit tahun 1350-1389. Alhasil di bawah mereka, daerah kekuasaan Majapahit di hampir seluruh Nusantara sampai ke Madagaskar bersatu. Masa keemasan kerajaan Hindu-Budha terakhir di Nusantara itu ditulis dalam Nagara Krtagama oleh Mpu Prapanca pada 1365 (1287 Saka).

Kini, naskah Nagara Krtagama berkembang dengan banyak versi. Diperkirakan naskah aslinya ikut hancur saat runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Beruntung kita memiliki Prof Dr Drs I Ketut Riana SU. Dosen di Universitas Udayanan ini berhasil menulis buku Kakawin Desa Warnnana uthawi Nagara Krtagama: Masa Keemasan Majapahit, yang didasarkan pada naskah Nagara Krtagama tertua.

"Tujuan menuliskan ini mau melestarikan warisan leluhur yang merupakan karya dari pujangga Mpu Prapanca. Pujangga abad ke-14 ini menuliskan masa-masa keemasan Kerajaan Majapahit," kata Ketut saat peluncuran bukunya di Hotel Santika Premier Slipi Jakarta, Kamis (3/9).

Setelah membaca buku yang diterbitkan penerbit Kompas dengan tebal 483 halaman, ada penceritaan menarik yang dicatat oleh pria yang lahir di desa Les, Bali 10 Desember 1951. "Wahai rakyatku yang berbahagia, hendaknya disadari bahwa suatu kerajaan atau negara yang besar ibaratnya 'bagai hutan dan singa', 2 hal yang tak terpisahkan," kata Hayam Wuruk yang bergelar Sri Rajasa Nagara pada seluruh rakyatnya.

Kemudian, raja yang lahir tahun 1334 (1256 tahun Saka Rttusarena) itu mengutarakan, jika hutan kering dan gundul, maka singa akan mati karena kekurangan makanan. Bahkan akan kabur karena tak terlindungi. Dengan demikian, musuh akan dengan mudah memporakporandakan negara.

Hayam Wuruk mengatakan ini dalam kapasitasnya sebagai pemimpin nusantara. Pada zamannya ia dan Gajah Mada telah berkomitmen untuk mejaga keutuhan dan kesatuan negara. Supaya "hutannya" tetap terjaga maka ia memperkuat bala tentara.

Konon, Hayam Wuruk mempunyai armada lebih dari 2.000 untuk menjaga negaranya. Tidak hanya itu, pilar kekuatan negara yang lain adalah sektor ekonomi dan agama. Sebagai raja yang menguasai hampir seluruh nusantara sampai ke Kamboja, Vietnam dan Madagaskar di Afrika Timur, ia memiliki peluang korupsi yang besar. Karena setiap daerah taklukkan wajib membayar upeti.

Namun apa yang dilakukan suami dari Dyah Indudewi itu. "Dan keesokan harinya pagi-pagi Baginda Raja memberikan hadiah pada masyarakat semua, termasuk kawi atau pujangga juga diberikan hadiah. Semua rakyat gembira serta memuji-muji," tulis Mpu Prapanca, putra Mpu Nadendra yang menjabat Dharmadhyaksa ring Kasogatan (ketua dalam urusan agama Budha).

Maka tidak mengherankan, Hayam Wuruk diyakini sebagai titisan Siwa-Budha. Karenanya dalam tugasnya ia menentramkan dan menyejahterakan rakyat dan kerajaan Majapahit. Mpu Prapanca meyakini hal itu karena apa yang ia tulis berdasarkan pengalamannya ikut Hayam Wuruk berkunjung ke desa-desa.

Pilar terakhir yang menopang negara Majapahit adalah agama. Ketut yang doktoralnya di Universitas Airlangga mengutarakan bahwa pada waktu itu agama menjadi perhatian utama, baik yang Hindu maupun Budha. "Oleh karenanya kompleks tempat ibadah bebas pajak sama sekali.

Hayam Wuruk meyakini agama menjadi hal penting dalam kemajuan suatu negara," Ketut menandaskan. Singkatnya, menurut Hayam Wuruk dan tentutnya Gajah Mada, negara atau "hutan" akan kuat jika memiliki 3 pilar yang kokoh, yakni unsur politik-keamanan, kemakmuran dan hidup agama yang kuat. "Itulah artinya Nagara Krtagama. Nagara adalah negara politis, Kerta artinya makmur, dan Gama adalah agama," jelas Ketut.

Cermin Indonesia

Seperti telah dikatakan di awal, kalau mau disebut negara besar maka mau tidak mau kita mesti bercermin dari pengalaman Hayam Wuruk memerintah negara Majapahit. Juga soal bagaimana ia melihat sebuah kekuasaan sebagai sarana untuk menyejahterakan rakyatnya.

Apalagi saat ini Nagara Krtagama sudah diakui oleh UNESCO sebagai karya warisan dunia. Artinya, semua bangsa bisa merasa memiliki teks itu untuk dipelajari. Jangan sampai kita yang punya malah tidak mau belajar. Kalau kita melihat negara kita seperti hutan yang dijaga oleh harimau, tampaknya hutan kita ini sudah bobol.

Lemahnya kekuatan militer membuat beberapa kali perbatasan kita dilanggar negara lain, sumber daya alam di hutan dan laut dicuri. Bidang budayapun kita kecolongan oleh tetangga kita yang beberapa kali mengklain produk bidaya kita. Bidang ekonomi, kita masih kewalahan menahan terjangan arus kapitalis.

"Wilayah-wilayah keagamaan zaman Hayam Wuruk bebas pajak. Sekarang pajak meningkat terus. Belum hubungan antaragama satu sama lain yang kerap bentrok," ucap Ketut.

Dalam situasi ini, tepat kiranya Mpu Prapanca berujar bahwa hutan tanpa binatang seperti negara tanpa prajurit, sehingga mudah diserang. Tanpa adanya singa maka orang enak saja membabat hutan, mencuri kayu dan heman. "Jadi ingat, jangan membabat hutan karena akan menuai bencana," ucap Hayam Wuruk pada rakyatnya.

Bencana di sini bisa bermakna denotatif maupun konotatif, di mana kemiskinan dan pengangguran juga masuk kategori bencana. Sejarah masa lampau ternyata menyimpan nilai filosofi yang dalam. Tulisan Mpu Tantular di atas lontar yang berusia ratusan tahun masih relevan menggugah bagaimana liarnya kita menggregoti kekuatan kita sendiri.

Seliar kita hendak menghancurkan situs Trowulan di mana pusat Majapahit, pusat nilai kesatuan nusantara, embrio Pancasila berada di sana.