Tuesday, December 2, 2008

Unique

PKS dalam Teori Informasi

Zamkofa Anwar, Information Theory Lab

Namun banyak yang tidak sadar bahwa PKS menjadi berita bukan karena kontroversi iklannya, namun lebih kepada hal-hal baru, unik dan di luar kebiasaan, yang mereka tawarkan.

Iklan PKS yang kontroversial dikabarkan meraup kesuksesan luar biasa menjelang pemilu 2009. PKS, sebuah partai modern, yang kabarnya tidak punya banyak dana untuk iklan ini, malah beritanya banyak dimuat di hampir seluruh media massa di tanah air dan menjadi buah bibir masyarakat baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Namun banyak yang tidak sadar bahwa PKS menjadi berita bukan karena kontroversi iklannya, namun lebih kepada hal-hal baru, unik dan di luar kebiasaan, yang mereka tawarkan. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh teori informasi, sebuah teori yang banyak berbicara tentang ketidakbiasaan/ketidakpastian.

Teori informasi digagas oleh Claude C Shannon (MIT) pada tahun 1948 dalam papernya A Mathematical Theory of Communication. Kemudian teori ini diperjelas dengan baik dalam buku Elements of Information Theory karangan Thomas M Covers dan Joy A Thomas.

Teori ini mengatakan bahwa jumlah informasi (berita) adalah seiring dengan jumlah ketidakpastian/ketidakbiasaan sesuatu yang ada di dalamnya, kemudian secara matematis dinyatakan dengan entropi(H) yaitu penjumlahan semua Pxlog2(1/P).

Dengan teori ini, sebuah peristiwa yang pasti terjadi (P=1) atau tidak mungkin terjadi (P=0), keduanya akan memiliki entropi rendah dan mendekati H=0, yang dengannya, peristiwa tersebut tidak akan menjadi berita besar.

Nilai entropi sebuah peristiwa inilah yang menjadi takaran media massa dalam memberitakannya. Secara umum media massa (media massa yang netral) akan memuat berita-berita yang memiliki nilai entropi H mendekati 1. Misalnya, sebuah partai akan menjadi berita besar (H=1) jika dia biasanya tidak korupsi tapi tapi tiba-tiba melakukan korupsi, atau jika biasanya korupsi tapi tiba-tiba tidak korupsi.

Sedangkan yang tidak menjadi berita adalah partai yang tidak biasa korupsi atau partai yang selalu korupsi dan karena keduanya mempunyai nilai kepastian yang tinggi (pasti tidak korupsi atau pasti korupsi) sehingga tidak ada informasi (H=0) yang perlu dibaca dari peristiwa tersebut.

Nah, bagaimana agar entropi H menjadi tinggi sehingga media/masyarakat tertarik untuk meliput dan mendengarnya? Jawabannya adalah dengan membuat P memiliki nilai sekitar 0.5. Hal ini dikarenakan nilai tertinggi entropi adalah jika sebuah kejadian/peristiwa memiliki P=0.5, kemungkinan terjadinya ‘korupsi atau ‘tidak korupsi adalah 0.5.

Kembali pada kasus PKS, PKS sangat biasa melakukan aksi sosial, seperti cek kesehatan gratis, bantuan bencana alam, tanah longsor, mengecat jembatan, membersihkan sungai dan banyak aktivitas sosial lainnya yang membumi di masyarakat, maka ini sama artinya dengan P=1 (hal-hal yang pasti dilakukan PKS). Akibatnya nilai entropi H=0, sehingga tidak diliput media.

Kasus yang lain tapi kebalikannya, PKS dengan citranya yang bersih, berkali-kali menolak uang korupsi, uang sogokan dan lain-lain yang berkaitan dengan kemaksiatan dan merusak mental negara, maka bagi PKS ini adalah kejadian yang probabilitasnya dekat dengan P=0 (pasti tidak dilakukan –Insya Allah-), maka nilai entropi H=0. Sekali lagi, karena entropinya rendah lagi-lagi tidak akan diliput media, sudah biasa.

Bagaimana agar media meliput PKS dan masyarakat tertarik dengannya? PKS nampaknya memahami nilai entropi teori informasi ini dengan baik sehingga akhir-akhir ini beritanya banyak diliput media massa.

Membuat iklan kontroversial dengan memasukkan Suharto, KH. Hasyim Asyari dan Ahmad Dahlan, sampai undangan 106 pemimpin muda Indonesia adalah hal yang tidak biasa. Ini adalah hal baru bagi perpolitikan di Indonesia. PKS mendapat kecaman karena dialah yang memulai pertama kali. Oleh karenanya nilai P ini ada di kisaran 0.5, memiliki entropi H=1 (tertinggi), sehingga banyak media yang meliput dan masyarakat 'terbangun' untuk sadar dengan semangat kepahlawanan misalnya.

Entropi akan mengecil dengan sendirinya jika terus menerus dilaksanakan atau sebaliknya, terus menerus tidak pernah dilaksanakan. Karena probabilitas P yang nilainya sekitar 0.5 sedikit demi sedikit akan menjadi P~1 jika terus dilaksanakan atau sebaliknya, menjadi P~0 jika tidak pernah dilaksanakan.

Akibatnya, kegiatan yang sama jika dilaksanakan lagi, tidak akan menjadi berita besar. PKS sadar dengan ini, karenanya mereka terus berpikir, berinovasi dan kreatif dalam mencerdaskan masyarakat.

Pesan saya buat PKS, boleh saja Anda bermain di entropi yang tinggi agar diliput media, tetapi untuk aktivitas Anda yang meskipun memiliki entropi H=0 (tidak diliput media) seperti bersih dari korupsi, peduli pada masyarakat bawah dan umat, profesional dalam bekerja, jangan berhenti untuk dilaksanakan.


Sumber: Inilah.Com

Krisis Finansial #3

Seri Diskusi Ekonomi 1 (bag. 3)

Derivatif, Komoditisasi Resiko dan Krisis Finansial


Setelah pecah pada Juli 2007, krisis subprime mortgage AS kemudian menyebar ke pasar modal dan sistem finansial secara keseluruhan. Dengan posisi AS sebagai pusat finansial global dan perekonomian terbesar dunia, krisis ini dengan cepat bertransformasi menjadi krisis finansial global dan berpotensi besar menyeret dunia ke dalam depresi global terburuk sejak great depression 1929. Berbagai kebijakan yang digulirkan bank sentral dan pemerintah mulai dari skema penyelamatan lembaga keuangan, stimulus ekonomi, injeksi likuiditas hingga intervensi langsung di pasar saham dan uang, tak mampu menahan kejatuhan ini.

Kenapa krisis tidak mereda dan bahkan justru semakin membesar, bahkan setelah pemerintah AS mengeluarkan paket bail-out US$ 700 milyar dan intervensi besar oleh negara-negara G-7? Penjelasan terpenting yang kurang populer adalah karena kelemahan dalam sistem finansial global itu sendiri yang memfasilitasi krisis untuk semakin membesar dan menyebar luas. Salah satu fitur utama sistem finansial global yang dianggap paling bertanggung jawab disini adalah derivatif.

Setelah berulangkali memicu krisis finansial global sejak pertengahan 1980-an baik di tingkat mikro perusahaan seperti LTCM, Barings dan Enron, maupun makro perekonomian seperti Argentina dan Krisis Asia Timur, derivatif kini kembali memainkan peran besar dalam krisis finansial AS. Krisis yang bermula di pasar kredit subprime mortgage Juli 2007 ini, kini telah menyeret seluruh sistem keuangan dan bahkan perekonomian ke jurang kehancuran. Alasan terpenting mengapa krisis menyebar dengan cepat dan memicu gelombang besar kerugian massal adalah bubble economy yang diciptakan oleh derivatif.

Akar masalah krisis finansial AS adalah “toxic assets” - surat berharga yang sangat leveraged dan umumnya terkait dengan US mortgages. Permainan dimulai ketika Bank-Bank pemberi KPR beresiko tinggi (subprime mortgage) menjual hak tagih kredit mereka ke Freddie Mac dan Fannie Mae agar aliran kredit perumahan oleh Bank dapat terus berjalan tanpa harus menunggu arus pelunasan kredit oleh nasabah. Dari tagihan kredit perumahan yang dibeli inilah Freddie Mac dan Fannie Mae kemudian membuat berbagai produk derivatif yaitu collateralized debt obligations (CDO). Kredit beresiko tinggi ini dikemas menjadi surat utang yang memberi imbal hasil menarik dengan jaminan peringkat creditworthiness yang baik. Di tengah rendahnya suku bunga dan kuatnya kondisi perekonomian AS saat itu, imbal hasil dari surat utang ini menarik berbagai lembaga keuangan dari seluruh dunia untuk membelinya.

Permainan belum berhenti. Setelah CDO, produk derivatif lainnya meningkat pesat yaitu credit default swap (CDS), surat berharga yang memberikan jaminan bayar jika surat utang mengalami default. Salah satu pemain terbesar dalam permainan swap ini adalah AIG. Ketika pasar kredit perumahan booming, banyak perusahaan membeli instrumen ini dari AIG sebagai perusahaan asuransi raksasa dengan rating kredit dan neraca yang kuat. AIG sendiri menerbitkan CDS dengan kepercayaan bahwa resiko default dari berbagai sekuritas yang dijaminnya adalah rendah. Kini, nilai transaksi CDS mencapai lebih dari US$ 62 trilyun, jauh melambung dari nilai satu dekade yang lalu yang hanya di kisaran US$ 144 milyar.

Ketika gelombang kredit perumahan macet meledak dan menghancurkan nilai dari berbagai sekuritas yang dijaminnya, AIG dipaksa untuk mencatat kerugian besar di posisi derivatif-nya. Hal ini menakutkan investor yang segera berlomba menjual saham AIG, membuat AIG semakin sulit untuk menarik dana yang tiba-tiba dibutuhkannya dalam jumlah besar.

Ketika gelombang kebangkrutan muncul, CDS semakin diminati. Siapapun pemegang CDS akan mendapat untung sepanjang terjadi kebangkrutan korporasi penerbit surat utang. Derivatif dari CDS juga bermunculan, termasuk CDS valas, minyak, pangan dan lainnya. Ini memunculkan moral hazard dari para spekulan seperti kasus terakhir dimana Yen didorong naik untuk dijatuhkan, sehingga pemegang CDS Yen/Dollar mendapat keuntungan. Hal inilah yang membuat injeksi dana dan penurunan suku bunga gagal menenangkan pasar.
Derivatif dan Resiko

Pendukung derivatif berargumen bahwa derivatif akan mendistribusikan resiko secara efisien diantara para pelaku, sehingga mereka akan lebih produktif dan perekonomian menjadi lebih makmur. Contoh klasiknya adalah produsen komoditi pertanian atau energi yang melakukan lindung nilai terhadap ketidakpastian harga di masa depan dengan menggunakan futures sehingga produksi riil tidak akan terhalang oleh ketidakpastian harga. Disini terjadi transfer resiko yang akan memperbaiki efisiensi dan produktivitas perekonomian, dari hedgers ke pihak lain yang lebih mampu mengambil resiko yaitu spekulator.

Derivatives membuat resiko terpisah dari underlying asset dan dapat diperdagangkan. Namun, resiko dapat diperdagangkan dan “unbundled” hanya jika ia terputus dari underlying activity. Pemisahan ini memunculkan pertanyaan tentang kemampuan pemain pasar untuk mengelola resiko-resiko ini. Sebagai contoh, credit default swaps mengizinkan bank men-transfer resiko default dari kreditor ke pihak lain seperti perusahaan asuransi. Namun bank didesain untuk memonitor kreditor lebih baik dan memiliki akses lebih baik ke data terkait. Sebaliknya, perusahaan asuransi lebih tidak mampu mengelola kredit dan karenanya juga resiko yang terkait dengannya. Ketidaksempurnaan ini membuat transfer resiko menjadi mahal bagi pihak ketiga untuk menjalankan fungsi yang sama seperti pemilik aset aslinya, sehingga kinerja dan harga dapat terdistorsi secara signifikan.

Derivatives mengizinkan resiko ditransfer ke pihak yang bersedia menerimanya, namun bukan selalu pihak yang mampu mengelola-nya. Pelaku yang memiliki keterbatasan dana, akan bersedia mengambil resiko jika mereka dibayar dimuka walaupun tidak mampu menanggung beban resiko tersebut. Ini adalah masalah adverse selection yang muncul dari asymmetric information.
Komoditisasi Resiko

Derivatif memisahkan resiko dari aktivitas ekonomi riil dan membuatnya dapat diperdagangkan secara terpisah, sehingga mentransformasikan resiko menjadi “komoditas”. Dari sudut pandang sosial, resiko harus diminimalkan, bukan dipromosikan. Namun, penciptaan pasar untuk resiko, bisa justru menggelembungkan resiko, bukan meminimalkannya. Karena pelaku pasar mencari keuntungan, beberapa pemain, khususnya spekulator, akan lebih baik jika pasar semakin besar. Sedangkan pelaku ekonomi sektor riil dan konsumen akan lebih baik jika resiko adalah minimal. Dengan demikian, komoditisasi resiko membuat resiko menjadi semakin berlipat dan berkembang, membuat perekonomian lebih beresiko dan tidak stabil.

Derivatif mengizinkan unbundling dan repackaging resiko dalam segala bentuk yang tepat sesuai keinginan pelaku pasar. Namun hal ini berarti bahwa instrument seperti ini akan memiliki struktur risk-reward yang berbeda jauh dari instrument dengan underlying aset riil. Produksi profil resiko artifisial ini menciptakan peluang arbitrase yang independen dari peluang riil, yang membuka pintu untuk spekulasi murni, terlepas sepenuhnya dari aktivitas ekonomi riil. Spekulasi murni pada gilirannya mendistorsi harga aset dan membebani perekonomian dengan biaya yang lebih besar dari biaya riil, sehingga berdampak negatif pada peluang investasi riil.

Sekali resiko terpisah dari sektor riil, tidak ada batasan jenis resiko yang bisa diperdagangkan, mulai dari rating perusahaan, penyelesaian takeover, cuaca di New York atau resiko apapun lainnya. Lebih jauh lagi, derivatif dapat diturunkan dari derivatif lainnya, bukan aset riil, sehingga ada options on futures, futures on options, options on options, dan lain-lain. Hal ini membuat ukuran dan pertumbuhan derivatif independen dari sektor riil. Dan karena sektor riil jauh lebih kompleks dan dihadapkan pada berbagai kendala, maka pertumbuhan pasar derivatif jauh lebih cepat dari aset riil. Dengan pertumbuhan yang jauh diatas pertumbuhan sektor riil, derivatives membuat perekonomian semakin beresiko dan memfasilitasi krisis keuangan.

Derivatif adalah sangat leveraged yang membuat sistem finansial sangat rawan. Beban dari resiko ekstrim akan “dialokasikan antara sektor publik dan swasta”. Dengan kata lain, pemerintah adalah pihak yang menanggung beban spekulator. Ini adalah sistem dimana “profits are privatized but losses are nationalized”. Karena derivatif adalah zero-sum game, maka untuk setiap kontrak akan selalu ada pemenang dan pecundang. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa mayoritas pelaku options dan futures cenderung menjadi pecundang.

Yusuf Wibisono
Direktur Eksekutif
INDIE (Indonesian Development for Institution and Economic) Institute

Dikutip dari Buletin Ekonomi dan Kelembagaan INDIE Review No.8,Tahun III, 21 Oktober 2008

Krisis Finansial #2

Seri Diskusi Ekonomi 1 (bag 1)

Krisis Finansial Global: Anatomi, Dampak dan Respon Kebijakan


Krisis finansial AS yang dengan cepat bertransformasi menjadi krisis global, telah menjadi krisis terburuk sejak Great Depression 1929. Setelah kejatuhan pasar saham pada Oktober 1929, AS membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun untuk memulihkan perekonomian yang turun sepertiga outputnya dengan 25% tenaga kerja menjadi pengangguran.

Dalam beberapa bulan terakhir, sekitar setahun setelah pecahnya krisis subprime mortgages pada Juli 2007, pemerintah AS melakukan intervensi paling dramatis di pasar finansial sejak 1930-an. Dalam 2 minggu yang bergolak, pemerintah AS menasionalisasi 2 raksasa mortgage, Fannie Mae dan Freddie Mac, mengambil alih AIG, perusahaan asuransi terbesar di dunia, dan memperluas jaminan dana pemerintah hingga $ 3,4 trilyun di pasar uang antar bank, melarang transaksi short-selling di lebih 900 saham perusahaan finansial, dan yang paling dramatis memberikan bail-out $ 700 milyar ke sistem finansial untuk menutup kerugian aset-aset beracun yang terkait dengan mortgage. Hanya dalam waktu 3 minggu pemerintah AS telah menambah utang bruto-nya lebih dari $ 1 trilyun – 2 kali lipat dari biaya perang Irak.

Intervensi yang tidak kalah dramatis juga dilakukan berbagai negara yang terkena dampak terbesar krisis subprime mortgage ini. Bradford & Bingle dinasionalisasi oleh pemerintah Inggris, Fortis diambil alih pemerintah Belgia, Belanda dan Luksemburg, bail-out Hypo Real Estate Group Jerman € 35 milyar, dan pengambilalihan Glitnir Bank oleh pemerintah Islandia. Hal ini belum termasuk sejumlah besar intervensi di pasar uang dan injeksi ratusan $ milyar likuiditas oleh bank sentral Eropa, Jepang, Inggris, Australia dan Swiss.

Intervensi global ini diperkirakan masih akan terus berlanjut mengingat kerugian akibat krisis kredit macet di AS juga terus membesar dengan cepat. Estimasi terakhir oleh IMF pada Oktober 2008, kerugian global akibat krisis ini mencapai $ 1,4 trilyun, naik hampir $ 500 milyar dari estimasi April 2008 yang sebesar $ 945 milyar.


Anatomi Krisis
Krisis finansial AS berakar pada gelembung kredit dan perumahan. Harga rumah di AS secara rata-rata turun 20%, diperkirakan masih akan turun 10% lagi. Kerugian akibat kredit macet di mortgages dengan cepat menyebar akibat produk-produk derivatif terkait mortgages yang telah tersebar luas di seluruh dunia. Perhitungan terakhir dari IMF memperkirakan kerugian global akibat krisis di AS ini akan mencapai US$ 1,4 trilyun. Hingga kini berbagai lembaga keuangan yang memiliki kredit ini telah mencatat kerugian US$ 760 milyar.

Hal diatas hampir dipastikan akan memicu global credit crunch dan akan menyeret dunia ke dalam resesi. Sebagian besar negara sebenarnya juga sudah berada dalam kondisi resesi sebelumnya akibat kenaikan harga minyak dan komoditas di awal tahun 2008 ini. Krisis kali ini diperkirakan akan berlangsung dalam waktu panjang.

Secara tradisional, krisis perbankan besar selalu diatasi dengan bail-out oleh pemerintah, dan tindakan awal yang signifikan, apakah dengan rekapitalisasi bank atau mengambil alih kredit macet bank, dapat meminimalkan kerugian pada pembayar pajak dan kerusakan perekonomian dari kerugian yang lebih besar. Pemerintah AS telah mengalokasikan 7% dari GDP untuk hal ini. Biaya krisis perbankan secara umum berkisar 16% dari GDP. Namun diatas segalanya, biaya krisis ini ditanggung sepenuhnya oleh dana publik.

Dampak lanjutan krisis finansial AS adalah krisis mata uang. AS sangat bergantung pada aliran dana asing karena defisit neraca berjalan-nya yang besar. Jika pemilik modal kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah AS dan stabilitas pasar modal, dan kemudian melepas dollar secara masif, AS akan menghadapi dua krisis kembar, krisis perbankan dan krisis mata uang. Kejatuhan dollar akan menjadi pukulan telak ke-dua bagi perekonomian AS.

Dampak Krisis
Krisis global 2008 ini dipastikan akan memberi dampak besar bagi perekonomian dunia. Globalisasi dan perdagangan bebas akan kembali mendapat perlawanan keras. Krisis yang menyebar cepat di dunia yang mengglobal, akan menjadi amunisi perlawanan baru terhadap integrasi dunia. Perkembangan perekonomian dunia ke depan juga akan dipengaruhi oleh beberapa implikasi krisis.

Pertama, re-regulasi keuangan modern. Keuangan modern yang menjadi pemicu krisis dan membuatnya berkepanjangan, seperti derivatif, diperkirakan akan mendapat perhatian ketat dari regulator. Krisis saving & loan pada 1980-an adalah besar namun karena tidak menimbulkan dampak ekonomi yang terlalu besar, maka konsekuensi regulasi-nya menjadi moderat.

Kedua, krisis finansial AS ini akan menjadi momentum bagi pemerintah dibanyak negara untuk memperluas peran mereka di bidang selain keuangan. Di banyak negara, kenaikan harga komoditas dan minyak telah menimbulkan ketegangan sosial dan politik domestik yang tinggi. Sebagai respon-nya, pemerintah memperluas peran mereka dengan meningkatkan subsidi, intervensi harga, pelarangan ekspor komoditas utama hingga merestriksi futures trading.

Ketiga, AS kehilangan otoritas intelektual dan pengaruh ekonomi mereka. Di titik inilah peran negara berkembang yang kini telah mengubah wajah perdagangan global, seperti China dan India, ke depan diperkirakan juga akan semakin mempengaruhi wajah keuangan global. Jika negara-negara kaya Asia dan eksportir minyak menyuntikkan modal, deleveraging di perekonomian Barat akan lebih tidak menyakitkan bagi perekonomian global.
Respon Kebijakan

Sejak krisis kredit subprime mortgage meletus pada Juli 2007, berbagai intervensi telah dilakukan, namun kondisi pasar terus memburuk. Kepercayaan global terhadap institusi keuangan utama runtuh secara keseluruhan pasca kejatuhan AIG dan Lehman Brother di bulan September 2008. Kombinasi dari kerugian yang terus meningkat, harga aset yang semakin menurun, dan memburuknya kondisi perekonomian, berdampak sangat serius pada keberlangsungan sistem keuangan global. Proses develeraging semakin cepat dan berubah menjadi kekacauan yang serius – yang ditandai oleh anjloknya saham-saham institusi keuangan, cost of funding dan proteksi credit default yang lebih tinggi, dan harga aset yang semakin tertekan. Hasilnya adalah kebangkrutan tiba-tiba dari institusi keuangan seiring pasar yang tidak mau mengucurkan likuiditas atau menyerap aset.

Respon kebijakan terhadap krisis finansial global ini, secara umum dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok utama. Pertama, ukuran-ukuran yang komprehensif untuk menghentikan proses destruktif yang sedang berjalan, mengembalikan kepercayaan pasar dan memulihkan stabilitas sistem keuangan. Panduan umum yang dipergunakan disini adalah:
- memperbaiki ketersediaan dana, biaya dan maturity untuk menstabilkan neraca perusahaan, dan injeksi modal untuk institusi dengan fundamental yang baik.
- kebijakan yang konsisten dan koheren antar negara untuk menstabilkan sistem finansial global.
- memastikan respon yang cepat berbasis sistem deteksi dini, dengan koordinasi yang tinggi antar otoritas kebijakan di masing-masing negara dan lintas negara.
- memastikan bahwa intervensi darurat pemerintah adalah temporer, meminimalkan moral hazard, dan kepentingan pembayar pajak dilindungi.
- mengejar tujuan jangka menengah dari sistem finansial yang efisien, kompetitif dan stabil, dengan cara seperti memperbaiki supervisi dan regulasi di tingkat domestik dan global, termasuk mendirikan clearing organizations yang tersentralisasi di pasar uang dan sekuritisasi untuk menurunkan resiko kredit.

Kedua, langkah-langkah untuk mengatasi tiga bidang yang saling terkait yang berhubungan dengan proses deleveraging: modal yang tidak mencukupi, valuasi aset yang jatuh dan tidak pasti, dan tidak berfungsinya pasar pendanaan.
Untuk mempertahankan pertumbuhan kredit dan memperkuat rasio modal bank, diperkirakan dibutuhkan setidaknya suntikan modal $ 675 milyar ke perbankan global. Beberapa ukuran dapat diterapkan disini: [i] suntikan modal diprioritaskan pada institusi keuangan yang masih dapat terus bertahan; dan [ii] penyelesaian terhadap bank yang tidak dapat bertahan untuk menunjukkan komitmen terhadap sistem perbankan yang kompetitif dan sehat.

Seiring sektor swasta melepas aset untuk menurunkan leverage, penggunaan dana publik dapat mencegah likuidasi “fire sale” yang mengancam menurunkan modal bank. Ukuran yang dapat diterapkan disini: [i] pemerintah membeli atau menyediakan pendanaan jangka panjang bagi bank yang memiliki exposure besar pada aset-aset bermasalah; dan [ii] judgment yang lebih longgar dalam valuasi aset untuk mencegah kebutuhan dana yang terus membesar di tengah tekanan menilai aset pada harga “fire sale”.

Institusi keuangan yang menyandarkan diri pada wholesale funding, khususnya di pasar internasional, menghadapi resiko yang meningkat. Langkah-langkah sebelumnya, memiliki dampak positif pada pasar pendanaan. Namun untuk situasi khusus, beberapa ukuran yang dapat diterapkan disini: [i] peningkatan jaminan simpanan nasabah diatas batas normal, termasuk blanket guarantee dalam situasi darurat; dan [ii] jaminan dapat mencakup kewajiban utang untuk periode temporer.

Secara umum, semua respon kebijakan berangkat dari sebuah postulat bahwa sumber daya publik dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan stabilitas finansial, memfasilitasi proses deleveraging yang lancar, dan mencegah credit crunch. Hal ini merupakan upaya penyelamatan sektor riil mengingat keterkaitan erat antara sistem finansial dan sektor riil.

Yusuf Wibisono
Direktur Eksekutif
INDIE (Indonesian Development for Institution and Economic) Institute

Dikutip dari Buletin Ekonomi dan Kelembagaan INDIE Review No.8,Tahun III, 21 Oktober 2008

Krisis Finansial #1

Seri Diskusi Ekonomi 1 (bag 1)

Krisis Finansial Global: Anatomi, Dampak dan Respon Kebijakan


Krisis finansial AS yang dengan cepat bertransformasi menjadi krisis global, telah menjadi krisis terburuk sejak Great Depression 1929. Setelah kejatuhan pasar saham pada Oktober 1929, AS membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun untuk memulihkan perekonomian yang turun sepertiga outputnya dengan 25% tenaga kerja menjadi pengangguran.

Dalam beberapa bulan terakhir, sekitar setahun setelah pecahnya krisis subprime mortgages pada Juli 2007, pemerintah AS melakukan intervensi paling dramatis di pasar finansial sejak 1930-an. Dalam 2 minggu yang bergolak, pemerintah AS menasionalisasi 2 raksasa mortgage, Fannie Mae dan Freddie Mac, mengambil alih AIG, perusahaan asuransi terbesar di dunia, dan memperluas jaminan dana pemerintah hingga $ 3,4 trilyun di pasar uang antar bank, melarang transaksi short-selling di lebih 900 saham perusahaan finansial, dan yang paling dramatis memberikan bail-out $ 700 milyar ke sistem finansial untuk menutup kerugian aset-aset beracun yang terkait dengan mortgage. Hanya dalam waktu 3 minggu pemerintah AS telah menambah utang bruto-nya lebih dari $ 1 trilyun – 2 kali lipat dari biaya perang Irak.

Intervensi yang tidak kalah dramatis juga dilakukan berbagai negara yang terkena dampak terbesar krisis subprime mortgage ini. Bradford & Bingle dinasionalisasi oleh pemerintah Inggris, Fortis diambil alih pemerintah Belgia, Belanda dan Luksemburg, bail-out Hypo Real Estate Group Jerman € 35 milyar, dan pengambilalihan Glitnir Bank oleh pemerintah Islandia. Hal ini belum termasuk sejumlah besar intervensi di pasar uang dan injeksi ratusan $ milyar likuiditas oleh bank sentral Eropa, Jepang, Inggris, Australia dan Swiss.

Intervensi global ini diperkirakan masih akan terus berlanjut mengingat kerugian akibat krisis kredit macet di AS juga terus membesar dengan cepat. Estimasi terakhir oleh IMF pada Oktober 2008, kerugian global akibat krisis ini mencapai $ 1,4 trilyun, naik hampir $ 500 milyar dari estimasi April 2008 yang sebesar $ 945 milyar.


Anatomi Krisis
Krisis finansial AS berakar pada gelembung kredit dan perumahan. Harga rumah di AS secara rata-rata turun 20%, diperkirakan masih akan turun 10% lagi. Kerugian akibat kredit macet di mortgages dengan cepat menyebar akibat produk-produk derivatif terkait mortgages yang telah tersebar luas di seluruh dunia. Perhitungan terakhir dari IMF memperkirakan kerugian global akibat krisis di AS ini akan mencapai US$ 1,4 trilyun. Hingga kini berbagai lembaga keuangan yang memiliki kredit ini telah mencatat kerugian US$ 760 milyar.

Hal diatas hampir dipastikan akan memicu global credit crunch dan akan menyeret dunia ke dalam resesi. Sebagian besar negara sebenarnya juga sudah berada dalam kondisi resesi sebelumnya akibat kenaikan harga minyak dan komoditas di awal tahun 2008 ini. Krisis kali ini diperkirakan akan berlangsung dalam waktu panjang.

Secara tradisional, krisis perbankan besar selalu diatasi dengan bail-out oleh pemerintah, dan tindakan awal yang signifikan, apakah dengan rekapitalisasi bank atau mengambil alih kredit macet bank, dapat meminimalkan kerugian pada pembayar pajak dan kerusakan perekonomian dari kerugian yang lebih besar. Pemerintah AS telah mengalokasikan 7% dari GDP untuk hal ini. Biaya krisis perbankan secara umum berkisar 16% dari GDP. Namun diatas segalanya, biaya krisis ini ditanggung sepenuhnya oleh dana publik.

Dampak lanjutan krisis finansial AS adalah krisis mata uang. AS sangat bergantung pada aliran dana asing karena defisit neraca berjalan-nya yang besar. Jika pemilik modal kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah AS dan stabilitas pasar modal, dan kemudian melepas dollar secara masif, AS akan menghadapi dua krisis kembar, krisis perbankan dan krisis mata uang. Kejatuhan dollar akan menjadi pukulan telak ke-dua bagi perekonomian AS.

Dampak Krisis
Krisis global 2008 ini dipastikan akan memberi dampak besar bagi perekonomian dunia. Globalisasi dan perdagangan bebas akan kembali mendapat perlawanan keras. Krisis yang menyebar cepat di dunia yang mengglobal, akan menjadi amunisi perlawanan baru terhadap integrasi dunia. Perkembangan perekonomian dunia ke depan juga akan dipengaruhi oleh beberapa implikasi krisis.

Pertama, re-regulasi keuangan modern. Keuangan modern yang menjadi pemicu krisis dan membuatnya berkepanjangan, seperti derivatif, diperkirakan akan mendapat perhatian ketat dari regulator. Krisis saving & loan pada 1980-an adalah besar namun karena tidak menimbulkan dampak ekonomi yang terlalu besar, maka konsekuensi regulasi-nya menjadi moderat.

Kedua, krisis finansial AS ini akan menjadi momentum bagi pemerintah dibanyak negara untuk memperluas peran mereka di bidang selain keuangan. Di banyak negara, kenaikan harga komoditas dan minyak telah menimbulkan ketegangan sosial dan politik domestik yang tinggi. Sebagai respon-nya, pemerintah memperluas peran mereka dengan meningkatkan subsidi, intervensi harga, pelarangan ekspor komoditas utama hingga merestriksi futures trading.

Ketiga, AS kehilangan otoritas intelektual dan pengaruh ekonomi mereka. Di titik inilah peran negara berkembang yang kini telah mengubah wajah perdagangan global, seperti China dan India, ke depan diperkirakan juga akan semakin mempengaruhi wajah keuangan global. Jika negara-negara kaya Asia dan eksportir minyak menyuntikkan modal, deleveraging di perekonomian Barat akan lebih tidak menyakitkan bagi perekonomian global.
Respon Kebijakan

Sejak krisis kredit subprime mortgage meletus pada Juli 2007, berbagai intervensi telah dilakukan, namun kondisi pasar terus memburuk. Kepercayaan global terhadap institusi keuangan utama runtuh secara keseluruhan pasca kejatuhan AIG dan Lehman Brother di bulan September 2008. Kombinasi dari kerugian yang terus meningkat, harga aset yang semakin menurun, dan memburuknya kondisi perekonomian, berdampak sangat serius pada keberlangsungan sistem keuangan global. Proses develeraging semakin cepat dan berubah menjadi kekacauan yang serius – yang ditandai oleh anjloknya saham-saham institusi keuangan, cost of funding dan proteksi credit default yang lebih tinggi, dan harga aset yang semakin tertekan. Hasilnya adalah kebangkrutan tiba-tiba dari institusi keuangan seiring pasar yang tidak mau mengucurkan likuiditas atau menyerap aset.

Respon kebijakan terhadap krisis finansial global ini, secara umum dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok utama. Pertama, ukuran-ukuran yang komprehensif untuk menghentikan proses destruktif yang sedang berjalan, mengembalikan kepercayaan pasar dan memulihkan stabilitas sistem keuangan. Panduan umum yang dipergunakan disini adalah:
- memperbaiki ketersediaan dana, biaya dan maturity untuk menstabilkan neraca perusahaan, dan injeksi modal untuk institusi dengan fundamental yang baik.
- kebijakan yang konsisten dan koheren antar negara untuk menstabilkan sistem finansial global.
- memastikan respon yang cepat berbasis sistem deteksi dini, dengan koordinasi yang tinggi antar otoritas kebijakan di masing-masing negara dan lintas negara.
- memastikan bahwa intervensi darurat pemerintah adalah temporer, meminimalkan moral hazard, dan kepentingan pembayar pajak dilindungi.
- mengejar tujuan jangka menengah dari sistem finansial yang efisien, kompetitif dan stabil, dengan cara seperti memperbaiki supervisi dan regulasi di tingkat domestik dan global, termasuk mendirikan clearing organizations yang tersentralisasi di pasar uang dan sekuritisasi untuk menurunkan resiko kredit.

Kedua, langkah-langkah untuk mengatasi tiga bidang yang saling terkait yang berhubungan dengan proses deleveraging: modal yang tidak mencukupi, valuasi aset yang jatuh dan tidak pasti, dan tidak berfungsinya pasar pendanaan.
Untuk mempertahankan pertumbuhan kredit dan memperkuat rasio modal bank, diperkirakan dibutuhkan setidaknya suntikan modal $ 675 milyar ke perbankan global. Beberapa ukuran dapat diterapkan disini: [i] suntikan modal diprioritaskan pada institusi keuangan yang masih dapat terus bertahan; dan [ii] penyelesaian terhadap bank yang tidak dapat bertahan untuk menunjukkan komitmen terhadap sistem perbankan yang kompetitif dan sehat.

Seiring sektor swasta melepas aset untuk menurunkan leverage, penggunaan dana publik dapat mencegah likuidasi “fire sale” yang mengancam menurunkan modal bank. Ukuran yang dapat diterapkan disini: [i] pemerintah membeli atau menyediakan pendanaan jangka panjang bagi bank yang memiliki exposure besar pada aset-aset bermasalah; dan [ii] judgment yang lebih longgar dalam valuasi aset untuk mencegah kebutuhan dana yang terus membesar di tengah tekanan menilai aset pada harga “fire sale”.

Institusi keuangan yang menyandarkan diri pada wholesale funding, khususnya di pasar internasional, menghadapi resiko yang meningkat. Langkah-langkah sebelumnya, memiliki dampak positif pada pasar pendanaan. Namun untuk situasi khusus, beberapa ukuran yang dapat diterapkan disini: [i] peningkatan jaminan simpanan nasabah diatas batas normal, termasuk blanket guarantee dalam situasi darurat; dan [ii] jaminan dapat mencakup kewajiban utang untuk periode temporer.

Secara umum, semua respon kebijakan berangkat dari sebuah postulat bahwa sumber daya publik dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan stabilitas finansial, memfasilitasi proses deleveraging yang lancar, dan mencegah credit crunch. Hal ini merupakan upaya penyelamatan sektor riil mengingat keterkaitan erat antara sistem finansial dan sektor riil.

Yusuf Wibisono
Direktur Eksekutif
INDIE (Indonesian Development for Institution and Economic) Institute

Dikutip dari Buletin Ekonomi dan Kelembagaan INDIE Review No.8,Tahun III, 21 Oktober 2008

Hatiku....Hatimu....

Kematian Hati

Oleh : (alm) Ust. Rahmat Abdullah


PK-Sejahtera Online: Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.

Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.

Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.
Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut.

Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu.

Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?

Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?"
Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat.
Tidak lagi malu-malu tampil.

Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.

Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku".
Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku"

Hatiku....Hatimu....

Kematian Hati
Oleh : (alm) Ust. Rahmat Abdullah

PK-Sejahtera Online: Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.

Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.

Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Kagak Ade Matinye...bro....!!!

PKS Nggak Ada Matinya

Kemana para aktor dan kreator dari PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, dan PKB? Mereka terbukti kalah ‘set’ dalam memainkan manuver politik untuk mencuri perhatian publik.


INILAH.COM, Jakarta – Bukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) jika kehabisan akal. Ada-ada saja manuver politik partai Islam kota ini. Soal kreativitas, nyaris tak ada yang menandingi PKS. PKS nggak ada matinya.

Teranyar, PKS mengadakan rekonsiliasi simbolik dengan keluarga pahlawan, figur yang mereka usung untuk iklan politiknya. Kemudian, PKS pun mengumpulkan 100 tokoh muda masa depan.

Dalam kancah politik, aksi itu perlu. Tapi, dia bukan segalanya. Aksi saja belumlah cukup. “That is necessary, but not sufficient,” ujar Blake Respini, dosen ilmu politik Universitas Negeri San Francisco, AS. Respini sempat melakukan penelitian terhadap PKS dan syariat Islam di Nusa Tenggara Barat.

Pekan ini, partai yang berlambang padi yang diapit dua sabit ini meluncurkan penghargaan kepada 106 pemimpin muda Indonesia. Penghargaan itu diberikan kepada mereka yang dianggap memiliki integritas di bidangnya.

Tak semua sosok-sosok muda itu yang menghadiri acara PKS. Sebagian ada yang tak sempat. Sebagian menolak dengan alasan tersendiri. Tapi, gebrakan-gebrakan PKS itu mestinya mendorong partai-partai politik lain tak kalah akal dan tak ketinggalan berolah kecerdikan.

Maka, pertanyaan seperti ini layak diajukan: kemana para aktor dan kreator dari PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, dan PKB? Mereka terbukti kalah ‘set’ dalam memainkan manuver politik untuk mencuri perhatian publik.

Sudah tentu, aksi-aksi PKS itu menimbulkan sikap pro-kontra. Namun dari sisi komunikasi politik, taktik dan strategi PKS boleh dikatakan menyalib parpol-parpol pesaingnya.

Sebagian analis politik menyerukan parpol-parpol lain mestinya membuat inovasi politik menjelang Pemilu 2009. Tentu, inovasi yang bisa bermanfaat bagi rakyat banyak. Misalnya, memberikan bantuan pupuk, bibit unggul dan sarana lain yang dibutuhkan kaum tani.

Atau, membantu memberdayakan nelayan atau para pelajar tak mampu. Bisa pula mengadakan lomba menulis karya sastra, lomba kreasi seni dan sebagainya. Ada banyak cara untuk menolong kaum ‘tertindas’ di negeri ini.

Selama ini, kata Ray Rangkuti, pengamat politik, parpol-parpol lebih banyak membuang dana milyaran rupiah untuk iklan politik tebar pesona. “Sementara rakyat kecil butuh uluran tangan yang nyata. PDI-P, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan bahkan PKS sekalipun, lebih suka tebar pesona ketimbang bekerja nyata untuk rakyat,’’ kata Ray, Direktur Lingkar Madani (LIMA).

Jika parpol-parpol lain untuk sementara ketinggalan kereta oleh permainan PKS, maka sesungguhnya masih banyak peluang dan ruang bagi mereka untuk membuat aksi-aksi partai menarik simpati publik. Persoalannya: mau atau tidak parpol-parpol di luar PKS itu?

Di mata publik, masih belum jelas adakah target perolehan kursi PKS bakal terdongkrak atau tidak, dengan berbagai manuver dan gebrakan PKS itu. Publik sendiri nampak sudah kelelahan dijejali politik yang tak berfaedah dan bermanfaat bagi rakyat karena demokrasi liberal selama 10 tahun ini tidak mampu mensejahterakan rakyat, malah menyesakkan dan menghimpit dada rakyat sebagai para demosnya. [I4]

http://inilah.com/berita/politik/2008/11/21/63518/pks-nggak-ada-matinya/

ILMU KAMPANYE PEMILU 2009 ala PKS (1st)

BAYAN
DEWAN SYARI’AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
TENTANG 8 ETIKA KAMPANYE DALAM ISLAM
NOMOR : 23/B/K/DSP-PKS/1429

Kampanye adalah upaya mempropagandakan partai dan program-programnya dalam rangka menarik dukungan dan simpati masyarakat. Kampanye merupakan bagian penting dalam percaturan politik. Melalui kampanye, suatu partai dapat memperkenalkan programprogramnya, sekaligus dapat menarik simpati pemilih agar memberikan hak suara dan dukungan mereka kepada partai tersebut. Dari pemahaman ini, kampanye memiliki kesamaan dengan dakwah. Oleh karena itu, pelaksanaan kampanye perlu diatur agar sesuai dengan Etika Islam, dan tidak menyimpang dari garis-garis yang ditetapkan Syari'at Islam. Terutama bagi partai-partai yang menyatakan dirinya Partai Islam atau Partai yang berasaskan Islam.

Allah SWT berfirman dalam surat An Nahl:125:
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik".

Hadits Nabi SAW:
Artinya: "Barang saipa yang menunjukkan pada kebaikan maka baginya mendapat pahala seperti orang yang melakukan kebaikan tersebut" (HR Muslim). Artinya: "Setiap kebaikan adalah shadaqoh" (HR Bukhari)

Bagi Partai Keadilan Sejahtera, yang mengikrarkan dirinya sebagai Partai Dakwah, berkampanye harus sesuai dengan adab-adab Islam, di antaranya:

1. Ikhlash (Keikhlasan)
Ikhlas dan Membebaskan Diri dari Motivasi yang Salah dan Rendah. Kampanye dalam Islam merupakan bagian dari amal shaleh dan ibadah, maka dari itu perlu diperhatikan keikhlasan niat dan ketulusan motivasi setiap hati nurani para penyelenggara, 2 peserta terutama da’i dan juru kampanye. Agar kampanye yang dilakukan tidak hanya berdampak pada masalah-masalah keduniaan, tetapi juga mendapat keridhaan dan keberkahan Allah SWT. serta pahala kebaikan di akhirat. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Bayyinah : 5, artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus".

Pada saat kampanye, faktor-faktor yang merusak keikhlasan harus dijauhi. Arogansi atau kesombongan yang disebabkan oleh banyaknya pengikut atau kelebihan lain, juga harus dihindari. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Anfal 47, artinya: "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan".

2. Tha’ah (Keta’atan)
Ta’at dan Komitmen kepada Seluruh Aturan Allah, Perundangan yang Berlaku, dan Arahan Partai. Pada saat kampanye, terkadang larut dalam berbagai acara dan pembicaraan yang membuat lupa atau mengabaikan keta’atan kepada Allah, seperti kewajiban shalat. Bagi seorang muslim, saat berkampanye jangan sampai mengabaikan keta’atan kepada Allah apalagi sampai kepada tingkat melalaikan diri dan orang lain dari jalan Allah. Demikian halnya dengan keta’atan kepada aturan yang berlaku, dan arahan partai yang berkenaan dengan kampanye sebagai bentuk ketaatan kepada ulil amri, hendaknya diperhatikan.

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Allah berfirman:
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman, 6)

3. Uswah (Keteladanan)
Menampilkan dan Menyampaikan Program-program Partai dengan Cara dan Keteladanan yang Terbaik (Ihsan). Di antara etika kampanye yang terbaik dan simpatik adalah mengedepankan keunggulan partai yang bersangkutan, tanpa perlu menjelekkan dan mengejek orang, partai atau golongan lain seperti black campaign. Partai yang baik dan program yang bagus juga harus disampaikan dengan cara yang bagus dan profesional.

Rasulullah SAW. bersabda:
"Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat sebaik-baiknya (ihsan) dalam segala sesuatu" (HR. Muslim).

Di antara kampanye yang efektif adalah dengan cara memberi keteladanan yang terbaik. Bahasa perilaku sering lebih efektif daripada bahasa lisan. Kampanye adalah memikat dan menarik simpati orang. Rasulullah saw. bersabda: "Mu'min yang paling sempurna imannya adalah yang paling sempurna akhlaknya" (HR. Abu Dawd, At Tirmidzi, Ahmad)

4. Shidq (Kejujuran)
Jujur, Tidak Berdusta /Berbohong atau Mengumbar Janji Kejujuran merupakan salah satu kunci sukses berkomunikasi politik. Berbagai kebaikan akan menyertai kapan, dimana, dan siapa saja yang komitmen dengan kejujuran. Kampanye tidak boleh menghalalkan segala cara. Tujuan luhur tidak boleh dirusak oleh cara yang kotor. Berbohong adalah perbuatan terlarang dalam Islam, apalagi yang dibohongi itu orang banyak, sudah tentu bahayanya lebih berat. Berbohong adalah menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Rasulullah SAW. bersabda:
"Berpeganglah kamu dengan kejujuran, karena jujur itu menujukkan (jalan) kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan (jalan) ke sorga. Dan seseorang yang senantiasa jujur dan selalu menjaga kejujuran sampai dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan janganlah kamu berdusta, karena dusta mengantarkan pada kemaksiatan (kecurangan) dan kemaksiatan (kecurangan) itu mengantarkan ke neraka. Dan seseorang yang senantiasa berdusta dan terusmelakukan dusta sampai dicatat disisi Allah sebagai pendusta" (HR. Muslim).

Kondisi yang tidak terkendali, juga bisa mengakibatkan seseorang larut dalam perilaku dan orasi yang cenderung mengumbar janji muluk yang tidak mungkin dilaksanakan. Hal ini harus diperhatikan oleh seorang da'i/ juru kampanye. Janji pasti akan dipertanggung-jawabkan di Akhirat. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Israa':34, artinya: "Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya".

5. Ukhuwwah (Persaudaraan)
Tetap Menjaga Ukhuwah (Peraudaraan), Tidak Ghibah, Caci Maki, dan Cemooh. Kampanye bukanlah arena untuk memuaskan selera dan hawa nafsu. Perkataan yang diucapkan dan sikap yang ditampilkan harus senantiasa mencerminkan rasa ukhuwah Islamiyah. Tidak boleh berprasangka buruk apalagi melontarkan tuduhan tuduhan yang tidak beralasan, karena hal itu akan menimbulkan kerenggangan dan perseteruan yang mengganggu ukhuwah. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujuraat 10, artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat".

Rasulullah SAW. bersabda:
"Janganlah saling hasad, saling membuka aib, saling benci, saling berpaling, dan janganlah kalian menjual dagangan saudaramu, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Muslim dengan sesamanya adalah saudara, tidak saling menzhalimi, saling menghina, meremehkan. Takwa letaknya ada disini (Rasulullah SAW menunjuk pada dadanya 3x ). Seorang sudah cukup dianggap jahat jika menghina saudaranya. Setiap muslim dengan sesamanya adalah haram; darah, harta dan kehormatannya"(HR. Muslim).

Dalam kampanye juga tidak dibolehkan mengeluarkan kata-kata yang melukai harga diri dan martabat seseorang atau lembaga yang dihormati oleh Syari'at. Allah SWT berfirman di surat Al Hujuraat 11 dan 12, artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang".

Rasulullah SAW. bersabda:
"Mencaci maki seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya suatu kekafiran." (Muttafaqun 'alaihi).

6. Tarbawy (Edukatif)
Komitmen dengan Nilai-Nilai Edukatif, Persuasif dan Tidak Memaksa atau Mengancam/Mengintimidasi, Tertib dan Tidak Menggangu, dan Menghindari Acara yang Kurang Bermoral.

Kampanye adalah salah satu sarana pendidikan politik yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kesantunan, di samping sebagai sarana da’wah yang memiliki makna mengajak dengan cara persuasif, tidak memaksa atau mengintimidasi. Dalam kampanye tidak boleh memaksa dan memaksakan kehendak kepada orang lain. Termasuk mempengaruhi dan mempolitisir supaya menerima dan memberikan hak pilihnya kepada partai tertentu dengan berbagai cara yang bersifat memaksa atau terpaksa, seperti dengan cara politik uang. Dengan demikian, kampanye edukatif ini menuntut setiap partai dan juru kampanye/da’i agar lebih inovatif, kreatif, dan proaktif.

Massa pemilih mempunyai hak dan kebebasan memilih suatu partai sesuai dengan pilihan hati nurani. Sebagaimana dalam memeluk agama, manusia diberikan hak untuk beragama sesuai keyakinannya, apalagi dalam hal berpartai. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Baqaarah: 5 256, artinya:" Tidak ada paksaan untuk(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat"

Saat kampanye, juga harus diperhatikan hak orang lain terutama hak jalan. Jika kampanye menggunakan cara pengerahan masa dan sejenisnya, maka harus dilakukan secara tertib dan terkendali. Hak pengguna jalan harus diberikan dan dilarang merusak atribut partai lain.

Rasulullah SAW.bersabda:
“Jauhi oleh kamu duduk di (pinggir) jalan. Mereka berkata: Wahai Rasululah, kami tidak bisa menghindari duduk (di pinggir jalan) (saat) kami (perlu) bercerita. Maka Rasulullah SAW. bersabada (lagi): Jika kamu sekalian enggan (dan tetap harus duduk di) majelis (tersebut), maka berikanlah hak jalan. Mereka berkata: Apakah hak jalan itu? Beliau bersabda: menjaga pandangan, tidak mengganggu, menjawab salam, dan ama ma’ruf serta nahyi munkar.” (HR.Muslim)

Rasulullah SAW.bersabda:
Artinya: "Janganlah menimbulkan kerusakan pada diri sendiri dan orang lain" (HR, Malik, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Daruqutni).
Demikian pula dengan acara atau hiburan yang tidak mendidik bahkan cenderung tidak moral. Karenanya harus dihindari hiburan yang menampilkan unsur pornografi-pornoaksi dan hal-hal yang dilarang oleh agama, aturan maupun adat.

Rasulullah saw. Bersabda:
“Dan seorang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa saja yang Allah larang”. (HR. Bukhari)

7. Tawadlu’ (Rendah Hati)
Rendah Hati, Tidak Menyombongkan Diri, dan Tidak Mudah Menuduh Orang Lain. Akhlak Islam mengharuskan agar suatu partai tidak menganggap dirinya paling baik apalagi paling benar, misalkan anggapan partainyalah yang paling Islami, sedang orang lain dan partai lain tidak ada yang benar. Juga tidak mudah menuduh kalangan lain melakukan suatu kesesatan atau perbuatan bid’ah. Cara ini bukan cara yang Islami. Menyampaikan keunggulan sendiri boleh saja, tetapi tidak harus mengklaim apalagi menyombongkan diri sebagai yang terbaik atau paling Islami.

Mengakui keterbatasan diri sebagai manusia dan keterbatasan partai sebagai kumpulan komunitas manusia adalah bagian dari sifat rendah hati yang disukai siapapun. Selanjutnya menggantungkan rencana dan program pada Allah SWT. Tujuan berpolitik dalam Islam tidak lain adalah mencari ridha-Nya. Allah SWT. berfirman di surat An Najm 32, artinya: "Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui orang yang bertakwa".

Rasulullah saw. Bersabda :
‘Barangsiapa yang rendah hati untuk Allah satu derajat, niscaya Allah mengangkatnya satu derajat sampai menjadikannya di kalangan orang-orang tertinggi, dan siapa saja yang menyombongkan diri terhadap Allah satu derajat, maka Allah akan menurunkannya satu derajat sampai menjadikannya di kalangan orang-orang paling rendah.’ (HR. Ahmad).

8. Ishlah (Perbaikan)
Memberikan Nilai Kemaslahatan, Solusi, dan Perbaikan bagi Seluruh Bangsa. Kampanye hendaknya dapat memberi kemaslahatan bagi bangsa baik material maupun spiritual, dan menghindari kampanye yang tidak berguna, sia-sia, apalagi menimbulkan dosa. Dalam hal pembuatan spanduk, stiker, atau perangkat kampanye lain, juga harus memuat pesan yang baik bagi masyarakat.

Rasulullah SAW. bersabda, artinya:
"Di antara kebaikan Islam seseorang, (dia) meninggalkan apa-apa yang tidak berguna" (HR. Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Kampanye yang mengarah langsung pada problem solving (pemecahan masalah) yang sedang dihadapi bangsa Indonesia, seperti menggagas penyelamatan bangsa, shilaturrahim, aksi-aksi kepedulian sosial, advokasi, penyuluhan hukum, dan ceramah agama, lebih baik dari hanya sekedar slogan kosong.

Rasulullah SAW. Bersabda:
"Wahai manusia sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah hubungan silaturahim, danshalat malamlah ketika manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat" (HR Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, dan Hakim dalam Mustadrak-nya mengatakan shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim)

Inilah beberapa adab kampanye yang perlu diperhatikan, mudah-mudahan dapat berguna bagi Partai Keadilan Sejahtera dan partai lainnya. Sehingga ketertiban dan keamanan saat kampanye dapat terwujud, korban jiwa dapat dihindari, dan upaya mempercepat tumbuhnya iklim demokrasi yang beradab dan bermartabat di Indonesia menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur akan terjamin dan segera terealisasi.

Jakarta, 17 Dzulqa’dah 1429 /19 November 2008
DEWAN SYARI’AH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

KH. DR. SURAHMAN HIDAYAT, MA
KETUA